Sejarah 23 Januari: Lahirnya Megawati Soekarnoputri

Sejarah 23 Januari: Lahirnya Megawati Soekarnoputri

23 Januari 2021
Megawati dilantik menjadi presiden (Foto: Istimewa/internet)

Megawati dilantik menjadi presiden (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Tepat hari ini Presiden RI ke-lima Megawati Soekarnoputri lahir tahun 1947. Setelah dilahirkan, kehidupan masa kecilnya dilewatkan di Istana Negara.

Tak hanya itu, dia juga banyak menghabiskan waktu dengan bermain bola bersama saudaranya Guntur. Serta pandai menari dan sering ditunjukkan di hadapan tamu-tamu negara yang berkunjung ke Istana.

Sedangkan pendidikannya dimulai dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta dikutip dari perpusnas.go.id, Sabtu, 23 Januari 2021.

Kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Untuk terjun ke dunia politik dimulai pada 1987. Saat itu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkannya sebagai salah seorang calon legislatif dari daerah pemilihan Jawa Tengah.

Bersamanya, suara PDI benar-benar terdongkrak dan membuatnya terpilih menjadi anggota DPR/MPR sekaligus sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. Pada 1993 dia terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Namun dinilai banyak orang penuh dengan kontroversi.

Ketika itu, Konggres PDI di Medan berakhir tanpa menghasilkan keputusan apa-apa. Pemerintah mendukung Budi Hardjono menggantikan Soerjadi. Dilanjutkan dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa di Surabaya. Pada kongres ini, nama Mega muncul dan mengungguli Budi Hardjono, kandidat yang didukung oleh pemerintah.

Mega terpilih sebagai Ketua Umum PDI. Kemudian status Mega sebagai Ketua Umum PDI dikuatkan lagi oleh Musyawarah Nasional PDI di Jakarta yang ditolak mentah-mentah oleh pemerintah.

Fatimah Ahmad lalu menyelenggarakan Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, untuk menaikkan kembali Soerjadi. Tetapi Mega dengan tegas menyatakan tidak mengakui Kongres Medan. Mega teguh menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI.

Membuat kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, sebagai simbol keberadaan DPP dikuasai oleh pihak Mega. Sementara itu, Soerjadi yang didukung pemerintah pun memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI itu. Kericuhan tak terelakkan.

Namun tekanan politik yang diterima Mega mengundang empati masyarakat. Mega terus berjuang hingga membuat partai banteng tandingan. Kondisi ini membuat massa PDI lebih berpihak dan mengakui Mega. Tetapi, pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Membuat PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut Pemilu 1997.

Setelah Orde Baru tumbang, PDI Mega berubah nama menjadi PDI Perjuangan dan berhasil memenangkan Pemilu 1999 dengan meraih lebih tiga puluh persen suara. Tetapi ternyata pada SU-MPR 1999, Mega kalah.

Megawati baru menjadi presiden pada 23 Juli 2001 menggantikan KH Abdurrahman Wahid.