Supeni Selalu Tak Senang Jika Politik dan Wanita Dipisahkan

Supeni Selalu Tak Senang Jika Politik dan Wanita Dipisahkan

28 November 2020
Supeni bersama dengan Chou En Lai, Perdana Menteri RRT (Foto: Istimewa/internet)

Supeni bersama dengan Chou En Lai, Perdana Menteri RRT (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Salah satu aktifis wanita era Presiden Soekarno, Supeni tak pernah setuju dengan pemisahaan wanita dengan politik.

Hal ini buntut organisasi perempuan kebanyakan berjalan dengan pembagian kerja bidang sosial. Sementara politik, dikuasai oleh pria tahun 1946 dikutip dari historia.id, Sabtu, 28 November 2020.

Menurutnya, perempuan harus dianggap setara dan disamakan statusnya dengan lelaki untuk ikut andil dalam urusan-urusan politik.

Dibuktikan dengan mendaftarkan diri ke Partai Nasional Indonesia (PNI). Tak berapa lama, dia langsung menjabat ketua Kowani pada 1948. Di mana, Maria Ullfah duduk sebagai wakilnya.

Pada 1949, Supeni diangkat menjadi anggota dewan partai PNI.

Ketika terjadi perpecahan di tubuh PNI pada minggu pertama Agustus 1965, Supeni orang pertama yang menemui Presiden Sukarno untuk meminta bantuan.

Ketum PNI, Sastromidjojo diminta untuk segera menyelenggarakan Kongres Luar Biasa untuk menyelesaikan masalah.

Alasannya karena PNI gadungan berencana mendirikan PNI tandingan. Supeni khawatir kejadian itu membuat kondisi perpolitikan makin memanas.