Sejarah Kekejaman Politik Jerman Timur Bagi Dunia Sepakbola

Sejarah Kekejaman Politik Jerman Timur Bagi Dunia Sepakbola

16 Oktober 2020
Heinz Krugel ketika berusia lanjut (Foto: Istimewa/internet)

Heinz Krugel ketika berusia lanjut (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Dunia politik di Jerman Timur amat kejam bagi olah raga sepakbola. Terutama sebelum runtuhnya Tembok Berlin pada 1989.

Salah satu korbannya adalah Heinz Krugel mantan pemain yang lebih memilih menjadi pelatih lantaran mengalami cedera lutut dikutip dari liputan6.com, Jumat, 16 Oktober 2020.

Heinz dianggap membangkang dengan paham sosialis yang mengedepankan kepentingan kolektif di pemerintahaan saat itu.

Membuat Pemerintah Jerman Timur tidak terima melihat kesuksesan Krugel di dunia sepakbola.

Di akhir karirnya dia dipermalukan. Pemerintah melarangnya terlibat sepak bola pada 1976. Alasannya karena Krugel dianggap gagal memproduksi pemain bagi negara.

Krugel lahir di desa kecil Ober-Planitz, dekat Zwickau, pada 24 April 1921 dan masuk sepak bola di akademi klub lokal SC Planitz pada usia enam tahun.

Sebagai pemain, Krugel membela Planitz selama 23 tahun dan mencicipi gelar seperti titel Oberliga, kompetisi domestik tertinggi di Jerman Timur pada 1948.

Karena terkena cedera lutut, dia memilih pensiun dini dan KVP Vorwarts Leipzig memberikannya kepercayaan untuk menangani tim.

Saat Vorwarts pindah ke Berlin dua tahun kemudian, dia memutuskan bertahan di Leipzig untuk menangani BSG Einheit Ost.

Saat itulah dia sudah mencium ada yang tak beres dengan sepakbola Jerman Timur. Einheit Ost merger dengan SC Rotation Leipzig lalu berubah nama menjadi FC Lokomotive Leipzig.

Krugel pindah ke SC Empor Rostock pada 1956 dan dipercaya menangani Timnas Jerman Timur tiga tahun berikutnya lalu kembali lagi ke level klub bersama Hallescher FC Chemie dan memenangkan Piala Jerman Timur 1962 hingga dia menggantikan Gunter Weitkuhn untuk melatih FC Magdeburg.

Magdeburg saat itu bernasib sial. Mereka baru saja terdegradasi ketika Krugel tiba. Namun dia berhasil mengembalikan klub yang berjuluk Der Club itu untuk kembali ke kasta tertinggi dengan menguasai takhta juara Jerman Timur tiga kali pada 1972, 1974, dan 1975.

Dia juga mempersembahkan gelar Piala Jerman Timur 1969, 1973 dan 
memenangkan Piala Winners dengan mengalahkan AC Milan 2-0 di final pada 1974.

Nama Krugel melambung tinggi membuat klub papan atas seperti Si Nonya Tua, Juventus ingin memboyongnya. Namun, Krugel memutuskan bertahan dan tidak menjelaskan alasannya.

Rumor yang berkembang, Krugel dilarang pergi pemerintah yang enggan melihat asetnya bekerja di dunia barat.

Aneh tapi nyata, di tahun yang sama Pemerintah Jerman Timur tidak terima melihat kesuksesan Krugel. Alasannya karena dia menolak bantuan negara. 

Salah satu yang paling berkesan saat dia menolak menerima rekaman hasil sadapan kamar ganti lawan, wakil Jerman Barat Bayern Munchen di babak kedua Piala Champions 1974-1975.

Bantuan itu lantaran pemerintah mengetahui, Bayern Munchen bukan lawan sepadan bagi Magdeburg.

Krugel lalu terjepit karena Magdeburg kalah dari dua pertemuan melawan Bayern Munchen. Mengikuti arahan pemerintah, Magdeburg langsung memecatnya setelah bencana kekalahaan itu.

Sementara ganjaran dari Pemerintah Jerman Timur, Krugel dihukum dengan melarangnya terlibat di dunia sepakbola dalam bentuk apapun.