Jasa Penukaran Uang di Pekanbaru Sepi Omzet Akibat Pandemi

Jasa Penukaran Uang di Pekanbaru Sepi Omzet Akibat Pandemi

10 Mei 2021
Jasa penjualan uang di Pekanbaru mulai muncul di Pekanbaru

Jasa penjualan uang di Pekanbaru mulai muncul di Pekanbaru

RIAU1.COM - Jelang hari raya Idulfitri 2021, penyedia jasa penukaran uang baru mulai marak. Seperti yang terlihat di sepanjang Jalan Sudirman Pekanbaru. Senin 10 Mei 2021.

Para penyedia jasa penukaran uang terlihat berjajar di diatas trotoar jalan Sudirman sembari menawarkan uang baru pecahan Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000, Rp. 75.000 hingga Rp 20.000 yang masing-masing terkemas dalam plastik kepada para pengendara kendaraan yang melintas.

Salah satunya adalah Lidia, Perempuan asal Pekanbaru yang kesehariannya menjul jualan teh telur, telah 2 tahun berprofesi sebagai jasa penukaran uang musiman di tiap Ramadan. Lidia membuka lapak penukaran uang baru mulai 08.00 – 12.00 WIB sejak tiga hari Ramadan hingga Lebaran.

“Biasanya jualan teh telor, tapi kalau tiap mau lebaran gini libur, ganti jadi jasa penukaran uang bareng teman. Sudah sejak 2019,” ujarnya.

Ia mengatakan, untuk tahun ini jasa penukaran uang tergolong sepi dibandingkan tahun 2020. Padahal, tahun lalu adalah awal mulai merebaknya pandemi Covid-19

“Tahun kemarin saya stok 10 juta dan ramai sekali meskipun masih awal-awal muncul corona, nah tahun ini ngiranya bakal lebih ramai jadi stok 15  juta. Eh ternyata sekarang sepi sekali,” ujarnya.

Loading...

“Tapi ya tetap disyukuri saja, karena ini kan pasti berdampak bukan hanya pada kita saja, semua juga merasakan hal yang sama karena adanya pandemi corona,” sambungnya.

Ia mengatakan, dulu dalam satu hari minimal menerima penukaran uang baru Rp 500.000, namun kini hanya Rp 300.000. Adapun pecahan yang paling banyak diburu adalah Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun RI (UPK 75 Tahun RI) atau uang khusus pecahan Rp 75.000.

Lidia mengatakan, untuk setiap transaksi, pelanggan dikenakan biaya sebesar 10 persen dari jumlah uang yang ditukarkan. Nantinya, seluruh uang tersebut akan disetorkan ke pemilik modal. Dari situ, Lidia akan mendapatkan upah paling banyak tiga persen dari total uang lembaran yang berhasil ditukar.

“Jadi kalau ada orang tukar Rp 100.000, bayarnya Rp 110.000, jadi kena 10 persen. Saya hanya dapat keuntungan Rp 3.000, sisanya disetorkan ke pemilik modal,”tutupnya.