Wali Kota Pekanbaru Akan Terapkan 'Lockdown' Jika Penularan Virus Corona Makin Tinggi

Wali Kota Pekanbaru Akan Terapkan 'Lockdown' Jika Penularan Virus Corona Makin Tinggi

1 April 2020
Wali Kota Pekanbaru Firdaus. Foto: Surya/Riau1.

Wali Kota Pekanbaru Firdaus. Foto: Surya/Riau1.

RIAU1.COM -Wali Kota Pekanbaru telah menerima perintah dari pemerintah pusat soal penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB) akibat wabah corona. Namun, wali kota kecewa karena masih banyak warganya yang terlihat "santuy" dengan berkumpul dan jalan-jalan tanpa tujuan di tiga kecamatan.

Wali Kota Pekanbaru Firdaus usai menerima alat cuci tangan dari pengusaha di lapangan Mal Pelayanan Publik (MPP), Rabu (1/4/2020), mengungkapkan, ia mendapatkan regulasi dari pemerintah pusat berupa peraturan pemerintah (PP), peraturan pengganti undang-undang (Perppu), dan instruksi presiden (inpres) pada 31 Maret 2020. Tiga regulasi itu mengatur tentang kedaruratan. 

Dalam inpres itu menetapkan bahwa Indonesia sudah dalam gawat darurat. Sehingga, pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia bukanlah seperti lockdown (karantina wilayah) yang dilakukan negara lain.

"Tapi, pemerintah kita melakukan pendekatan dengan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSSB). Beberapa aturan pada PSSB itu sudah kami buat dalam bentuk surat edaran beberapa waktu lalu," kata Firdaus.

Dalam surat edaran itu warga Pekanbaru diminta tidak berkumpul di tempat umum. Anak-anak sekolah dan belajar di rumah. 

"Juga termasuk di situ, kegiatan-kegiatan keagamaan yang mengumpulkan orang banyak. Sebagian yang menjadi pedoman tadi, kami sudah laksanakan," ucap Firdaus.

Bilamana eskalasinya makin tinggi atau tingkat penularan virus corona makin tinggi, maka Pemko Pekanbaru harus bersiap untuk merumahkan warga dan menutup pintu masuk kota. Dengan jalan demikian, mata rantai penyebaran virus corona.

Saat ini, masyarakat masih berkeliaran seperti di Kecamatan Tampan, Kecamatan Bukit Raya, dan Kecamatan Marpoyan Damai. Warga di tiga kecamatan ini belum ada perubahan.

"Mereka menganggap keadaan biasa-biasa saja. Mereka tetap jalan-jalan tanpa tujuan dan berkumpul-kumpul. Padahal, kami sudah melakukan sosialisasi, tidak hanya surat edaran tapi juga melalui pengeras suara keliling dari pagi sampai malam dan media sosial," sebut Firdaus.

Ternyata, para remaja belum peduli untuk mengisolasi dirinya sendiri. Tetaplah di rumah adalah langkah yang dibutuhkan untuk memutus mata rantai.