Inflasi di Pekanbaru Capai 3,2 Persen Akibat Dipengaruhi Harga Cabai yang Tinggi

Inflasi di Pekanbaru Capai 3,2 Persen Akibat Dipengaruhi Harga Cabai yang Tinggi

11 Agustus 2019
Ilustrasi cabai merah. Foto: Surya/Riau1.

Ilustrasi cabai merah. Foto: Surya/Riau1.

RIAU1.COM -Inflasi Kota Pekanbaru sudah mencapai 3,2 persen, di atas inflasi nasional. Inflasi tinggi ini dipengaruhi harga cabai yang hampir mencapai angka Rp100.000 per kilogram (kg).

"Hingga Agustus ini, inflasi sudah menyentuh angka 3,2 persen. Ini juga termasuk tinggi. Karena, inflasi nasional sekitar 3 persen," ungkap Wali Kota Pekanbaru Firdaus usai salat Idul Adha di lapangan kantornya, Jalan Jenderal Sudirman, Minggu (11/8/2019).

Hal yang berkontribusi meningkatkan angka inflasi itu adalah harga cabai. Tingginya harga cabai karena musim panas yang merata di seluruh wilayah Indonesia, apalagi di sentra-sentra di pulau Jawa seperti di Brebes, Malang. Wilayah lain yang menjadi sentra cabai adalah Sumatera Utara dan Sumatera Barat.

Iklim yang panas membuat harga cabai menjadi tinggi. Dengan iklim seperti ini, tanaman cabai juga terganggu.

Hal ini perlu disiasati. Dengan persoalan cabai seperti ini mahal, maka sedikit ruang gerak yang bisa dilakukan.

"Kurang-kurangilah makan cabai. Masyarakat Riau dan Sumatera kalau tak pedas belum makan namanya," ucap Firdaus dengan nada bercanda.

Diberitakan sebelumnya, harga cabai merah Bukittinggi dan cabai merah Medan serentak naik di atas Rp90 ribuan per kilogram (kg). Sejak usai hari raya Idul Fitri sekitar dua bulan lalu, harga cabai merah memang tak pernah turun dari angka Rp60 ribuan per kg.

Setiap pekan, usai hari raya Idul Fitri, cabai merah bertahan antara Rp60.000 hingga Rp75.000 per kg. Hari ini, kenaikan harga cabai merah begitu fantastis.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru Ingot Ahmad Hutasuhut di kantor wali kota, Jumat (9/8/2019), mengatakan, harga bahan pokok kembali ke hukum pasar. Komoditas cabai merah ini memang termasuk komoditas yang tidak diintervensi oleh pemerintah. Jadi memang, cabai merah ini tergantung kepada penawaran dan permintaan. 

"Dari komunikasi kami, kondisi daerah penghasil itu memang sekarang produksinya tidak seperti biasa atau menurun. Otomatis harganya juga naik," ungkapnya.

Produksi cabai merah inilah yang memicu kenaikan harga. Di samping itu juga, ada aspek-aspek psikologis. Meski begitu, beberapa harga komoditas mulai turun. 

Loading...

"Harga cabai ini akan kami komunikasikan, apakah ada persoalan dalam distribusi. Hasil komunikasi kami dengan distributor, mereka mengatakan bahwa proses distribusi lancar dan tidak ada masalah," ucap Ingot.

Dari pantauan Disperindag Pekanbaru, proses distribusi bahan pokok dari daerah lain ke Pekanbaru tidak ada masalah. Jadi memang, harga di sentra penghasil yang sudah naik.

"Tidak ada permainan harga," imbuhnya

Perlu diketahui, cabai di Pekanbaru tiba dari beberapa daerah seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan pulau Jawa. Sebagian juga ada dari Kabupaten Rokan Hilir.

Cabai yang paling diminati adalah cabai dari Sumatera Barat. Tetapi, faktor cuaca juga berpengaruh pada terhadap produksi. 

Kenaikan cabai merah ini terjadi setelah hari raya Idul Fitri. Harganya naik sampai sekarang dan bertahan di angka yang cukup tinggi.

"Bahan pokoknya yang sedang kami pantau yaitu daging ayam dan bawang merah. Bahan pokok ini sangat familiar dalam konsumsi masyarakat Pekanbaru," sebut Ingot.

Bawang putih juga mengalami kenaikan harga. Pasalnya, produksi lokal sangat kecil. 

"Bawang putih di pasaran pernah diintervensi oleh Kementerian Perdagangan. Tentu kami berharap ada lagi bawang putih itu lebih banyak dari impor," harap Ingot.