Lubang Jarum Krisis Corona

Lubang Jarum Krisis Corona

23 Maret 2020
corona/foto internet

corona/foto internet

RIAU1.COM -HARI ini adalah periode paling krusial dalam penanganan wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Tanpa keputusan yang tepat dan penanganan yang paripurna, ledakan krisis multidimensi bakal sulit dicegah.

Sejumlah pakar di Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung menghitung puncak wabah Covid-19 di Indonesia bisa terjadi pada pertengahan April mendatang. Sampai akhir Mei, diperkirakan ada 60 ribu kasus positif corona dengan 2.000 kasus baru muncul setiap hari.


Meski sebagian besar kasus Covid-19 itu bisa disembuhkan, berdasarkan data jumlah pasien positif corona dan angka kematiannya per akhir pekan lalu di Jakarta, akan ada sedikitnya delapan persen pasien terjangkit virus corona yang butuh penanganan intensif di ruang-ruang isolasi rumah sakit.

Tanpa penambahan drastis tenaga dan peralatan medis, rumah sakit makin kewalahan. Ketidaksiapan terjadi merata di seluruh negeri. Kekurangan alat pelindung diri yang krusial agar penyedia pelayanan kesehatan tidak menjadi korban di garis depan sungguh memprihatinkan. Ini indikasi Kementerian Kesehatan tidak menjalankan fungsinya secara optimal.

Karena itu, upaya mencegah skenario terburuk wabah Covid-19 harus menjadi prioritas kita semua. Ini bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab setiap warga negara.

Kebijakan untuk menjaga jarak (social distancing), misalnya, hanya bisa efektif jika semua warga berpartisipasi dan menjaga diri dari perilaku berisiko. Mengandalkan polisi dan perangkat pemerintah lain untuk mengawasi dan menegakkan aturan bakal percuma mengingat luasnya wilayah dan banyaknya penduduk kita.

Situasi krisis semacam ini kerap memunculkan karakter sebenarnya dari sebuah bangsa. Ketika dihadapkan pada tantangan yang luar biasa, kemampuan kita untuk menemukan solusi bersama tengah diuji. Namun, syaratnya, warga harus mendapat informasi yang tepat dan akurat. Transparansi dan kejujuran pemerintah merupakan faktor kunci. Pemahaman terhadap masalah dan peran masing-masing akan mendorong rakyat bahu-membahu dan saling menolong.

Solidaritas sosial semacam itulah yang benar-benar dibutuhkan saat ini. Kita tak bisa berharap pada satu-dua orang saja untuk memimpin negeri ini keluar dari masalah. Keberadaan juru selamat serba bisa semacam itu hanya utopia. Kolektivitas kemauan dan kemampuan warga negaralah yang bisa menyelamatkan negeri ini.

Solidaritas juga perlu digalang sampai ke mancanegara. Dukungan internasional tak selalu harus berbentuk uang atau barang, tapi juga bisa berupa tenaga kesehatan atau bahkan sekadar informasi. Negara-negara yang sudah berhasil mengurangi tingkat penularan Covid-19 bisa diminta berbagi pengalaman. Strategi dan taktik mereka bisa dipelajari.

Pemerintah tak perlu malu mengundang lembaga asing demi kemaslahatan warga sendiri. Kondisi kita yang pontang-panting menghadapi wabah tak perlu ditutup-tutupi. Tentu, kita juga harus siap berbagi data, terutama soal pola penyebaran dan mutasi virus ini di Indonesia, agar vaksin Covid-19 bisa segera ditemukan dan digunakan bersama.

Menggalang solidaritas internasional adalah langkah penting karena semua negara di dunia mengalami krisis. Wabah dengan skala kerusakan sedahsyat ini hanya terjadi sekali dalam 100 tahun. Sudah saatnya sikap saling curiga dan saling intip kelemahan diganti dengan semangat kolaborasi. Apalagi kegagalan satu negara mengatasi penularan virus corona akan menjadi kegagalan seluruh dunia.

Jalan untuk keluar dari wabah global ini bukannya tak tersedia. Para ahli sudah memetakan masalah dan menawarkan solusi. Yang dibutuhkan saat ini adalah kesediaan para pengambil kebijakan untuk mengesampingkan kepentingan politik elektoral dan mengedepankan kepentingan publik. Para pemimpin harus mulai mengambil keputusan dengan dasar bukti ilmiah yang kuat, bukan kepentingan ekonomi sesaat dari segelintir kroni di sekitarnya.

Pada masa wabah seperti sekarang, pertimbangan kesehatan masyarakat harus menjadi patokan utama. Keputusan karantina wilayah (lockdown), misalnya, harus memperhitungkan dampak ekonomi bagi warga dengan penghasilan menengah ke bawah. Juga mungkin-tidaknya karantina diberlakukan untuk wilayah dengan banyak akses keluar-masuk seperti Jakarta. Namun, jika keputusan itu bisa mencegah skenario terburuk penularan wabah, semua pihak harus mengupayakan implementasinya.

Waktu kian menipis. Tak sampai dua pekan sebelum proyeksi puncak ledakan penularan Covid-19 benar-benar terjadi. Apa yang kita lakukan hari-hari ini, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas, akan menentukan bisa-tidaknya keluar dari lubang jarum wabah ini.

sumber:Tempo