Waduh, Remaja di Jateng Minum Oplosan Air Rebusan Pembalut Wanita Supaya 'Nge-Fly', Ini Kata Psikolog

Waduh, Remaja di Jateng Minum Oplosan Air Rebusan Pembalut Wanita Supaya 'Nge-Fly', Ini Kata Psikolog

8 November 2018
Ilustrasi

Ilustrasi

RIAU1.COM - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jateng menemukan fenomena remaja mengonsumsi air rebusan pembalut wanita sebagai eksperimen untuk mendapatkan sensasi ngefly seperti mengonsumsi narkotika.

Tren membuat oplosan murah demi menidapatkan efek narkotika saat ini memang kerap dilakoni para remaja. Bahkan bisa sampai menyebabkan kematian. Banyak hal mereka coba demi mendapatkan efek mabuk. Mulai dari mabuk lem, mencampur minuman energi dengan losion nyamuk, yang terbaru bahkan mabuk rebusan pembalut.

Dikutip dari suara.com Kamis (8/11/2018) menanggapi fenomena ini, Psikolog anak dan Remaja Erna Marina Kusuma M.Psi. C.Ft. menekankan perlunya ada pendidikan tentang kesehatan seks dan minuman keras.

"Kasus di mana mabuk remaja di jawa tengah yang tidak wajar ini perlu di perhatikan secara khusus. Karena hal itu melibatkan etika sosial, kebersihan, kesehatan dan kondisi psikologis para remaja tersebut. Para remaja sekarang tampaknya perlu di beri pendidikan di sekolah tentang seksualitas yang benar dan bagaimana menghargai, menghormati kondisi biologis mereka," ujar Erna, Kamis (8/11/2018).

Erna menyebutkan, pendidikan tentang kesadaran untuk menghabiskan energi dan rasa ingin tahu para remaja sangat perlu bimbingan khusus. "Jika remaja tidak mendapatkan pengarahan maka mereka dapat hilang kontrol yang menghancurkan masa depan mereka sendiri" ujarnya.

Sikap protes remaja merasa benar sendiri juga sangat mempengaruhi remaja mengambil sikap tanpa berpikir panjang untuk apa ia melakukan mabuk dengan air rebusan pembalut.

"Sangat disarankan adanya pendidikan seks dan ketergantungan miras serta narkoba di sekolah untuk remaja. Penekanan dalam hal ini dapat membantu remaja berpikir positif sebelum nencoba hal yang aneh-aneh," ujarnya.

Erna menyoroti, menurutnya faktor ekonomi tidak berperan terhadap hal yang dilakukan para remaja tersebut.

"Kehidupan ekonomi lemah tidak bisa di jadikan alasan untuk melakukan hal yang tidak wajar karena banyak anak yang dari ekonomi lemah namun mampu berprestasi dan membangun masa depannya dengan lebih baik," katanya.

Erna juga mengataka faktor keluarga dan sikap penerimaan lingkungan yang menjadi penyebab hal-hal negatif yang dilakukan para remaja.

"Remaja yang tidak mendapatkan penerimaan di lingkungan dan keluarga akan cenderung mencoba hal-hal aneh untuk menarik perhatian sekitar. Karena itu penting bagi orangtua dan lingkungan untuk menerima remaja tanpa menuntut secara berlebihan. Hal ini penting sebagai dasar membimbing remaja ke arah positif," tutupnya.

Sumber: suara.com 

Loading...