Anies Sudah Antisipasi Corona Sejak Januari, Saat Pemerintah Pusat Ajak Rakyat Tenang

Anies Sudah Antisipasi Corona Sejak Januari, Saat Pemerintah Pusat Ajak Rakyat Tenang

29 Maret 2020
Gubenur Jakarta Anies Baswedan/internet

Gubenur Jakarta Anies Baswedan/internet

RIAU1.COM -Anies Baswedan selaku Gubenur DKI Jakarta sempat mengumumkan lebih dulu soal adanya orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan terkait penyebaran virus corona. Pernyataan ini langsung menjadi perhatian karena pemerintah pusat terus menerus meminta masyarakat tenang dan meyakinkan belum ada kasus corona di Indonesia. 

Anies ingat betul berbagai bantahan yang muncul atas pertanyaan dirinya, salah satunya dari Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Tapi, berdasarkan data yang sudah dikumpulkan Anies sejak Januari 2020, angka penyebaran virus corona di Jakarta sudah sangat mengkhawatirkan. 

"Iya. waktu itu 1 Maret udah enggak bisa ditahan tuh. Angkanya sudah sangat mengkhawatirkan," kata Anies saat berbincang dengan Deddy Corbuzier, dikutip dari channel Youtube, Minggu (29/3). 

Anies menegaskan, dirinya sudah meminta jajaran Pemprov DKI Jakarta memonitor pergerakan dan perkembangan kasus corona sejak Januari dan Februari 2020. Saat itu, yang menjadi patokan sementara yakni melihat pasien pneumonia karena belum ada konfirmasi soal COVID-19. 
"Saya memonitor informasi terus menerus dari Januari, Februari angkanya terus meningkat bahkan jumlah orang sakit pneumonia Februari meningkat sekali. Kita enggak tahu positif atau tidak. Tapi angkanya itu," jelas dia, dilansir Kumparan. 

"Saya merasa harus menyampaikan kepada rakyat Jakarta bahwa inilah situasi yang sedang dihadapi Jakarta harus waspada, hati-hati," tambah dia.
 
Anies memilih terus melakukan langkah-langkah yang sudah disusun di Jakarta. Meski terus diserang di sosial media atas pernyataan itu. "Saya sadar saya diserang, dibantah pernyataan saya. Tapi saya pernah mengomong di meja ini. Saya tidak takut apa yang orang tulis di sosmed. Saya lebih takut apa yang ditulis sejarawan nanti. Karena mereka bicara pakai data," ujar Anies. 

Selama 2 bulan, mantan Mendikbud itu terus mengamati penanganan corona di berbagai negara. Termasuk Italia yang peningkatan kasus COVID-19. "Kita sudah lihat Italia, mudah-mudahan tidak. Saya katakan soal Italia ini udah lama. Yang terjadi di sana itu denial mereka menganggap tidak akan terjadi pada kita tapi tidak bersiap," kata Anies. 

Loading...

Dalam konteks menenangkan masyarakat, Anies berupaya bersikap tenang. Tapi, tetap menyiapkan segala hal termasuk bila kondisi penyebaran corona di Jakarta tiba pada kondisi terburuk. "Kita katakan ke semua bersiap. Fase satu semua layanan kesehatan siapin, fase kedua SKPD kita bersiap semua. Walaupun kita tenang, tapi bukan berarti tidak siap-siap," tutur Anies. 

Akhirnya, dia memutuskan untuk mengungkapkan jumlah ODP, yakni 115 orang dan jumlah PDP 32 orang di Jakarta. Dengan harapan, dengan adanya informasi ini membuat warga bersiap-siap dan mewaspadai penyebaran corona. "Ternyata dibantah. Kemudian 2 hari kemudian Bapak Presiden mengumumkan 2 kasus pertama," ungkap Anies. 

Hal ini tidak membuat Anies tenang. Meski dua kasus pertama di Indonesia merupakan warga Depok. Tapi, keduanya berkegiatan di Jakarta. Keduanya juga ternyata sudah masuk dalam pemantauan."2 kasus sesungguhnya di Jakarta. KTP Depok interaksinya di Jakarta dan itu case sudah dipantau. Kita semua waktu itu pakai nomor. Kasus 1, 2, 3, 4, terus. Saya setiap hari dapat data urutannya itu. Kita monitoring pasien, waktu itu bisa dibikin peta siapa ketemu siapa ke mana. Di situ kita sudah khawatir," ucap Anies.