Konflik Sampit, Dendamnya Para Intelektual

Konflik Sampit, Dendamnya Para Intelektual

18 Februari 2020
Ilustrasi (Foto: Istimewa/internet)

Ilustrasi (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Tragedi Sampit yang terjadi akhir Februari 2001 dengan korban tewas 500 orang Madura dan 100.000 orang mengungsi penyebab salah satunya karena adanya keterlibatan kaum intelektual.

Mereka memanfaatkan naiknya sentimen anti Madura untuk tujuan politis dinukil dari tirto.id, Selasa, 18 Februari 2020.

Mereka merupakan dua pejabat pemerintahan lokal yang berusaha menggagalkan proses pelantikan pejabat eselon. Serta mengisi struktur baru pemerintahan daerah Kotawaringin Timur dan melengserkan bupatinya.

Dua pejabat itu adalah Fedlik Asser bekerja di Bappeda dan Lewis, seorang pegawai Dinas Kehutanan. Mereka tidak puas karena semua pejabat yang dilantik beragama Islam.

Kepada polisi, Fedlik dan Lewis mengakui telah merencanakan kerusuhan. Ia juga menyiapkan Rp15 juta untuk membayar provokator. Sebelum melakukan penyerangan, mereka juga sempat mengadakan upacara adat untuk menyerang suku Madura.

Sebelum peristiwa ini, pemicu awalnya karena adanya konflik antaretnis di Sampit berkaitan dengan persoalan sosial ekonomi. Dilakukan oleh para penambang emas Dayak dan Madura.

Selain itu kericuhan juga terjadi antara Dayak dengan Madura di kota gold rush Tumbang Samba pada September 1999, di Pangkalanbun pada Juli 2000 antara para pekerja Melayu dengan para pengikut seorang cukong kayu Madura. Dan di Kareng Pangi pada Desember 2000 yang dipanasi dengan bumbu-bumbu propaganda.