Ini Kisah Mahasiswa Aceh Keluar dari Nanjing, 12 Temannya Terisolasi di Wuhan China

Ini Kisah Mahasiswa Aceh Keluar dari Nanjing, 12 Temannya Terisolasi di Wuhan China

28 Januari 2020
Sahuddin mahasiswa Aceh di China berhasil pulang ke tanah air, Selasa.

Sahuddin mahasiswa Aceh di China berhasil pulang ke tanah air, Selasa.

RIAU1.COM - Kisah perjuangannya keluar dari China hingga sampai ke tanah air cukup berat. 

Muhammad Sahuddin (35), mahasiswa Aceh yang sedang menempuh program doktor di China telah kembali ke Tanah Air dalam kondisi sehat dan selamat, di tengah wabah virus corona menyerang kota-kota di negara itu.

Pria asal Kabupaten Pidie itu tiba di daerah Tanah Rencong itu sekitar pukul 10.45 WIB, melalui Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

 

Kedatangannya dijemput tim posko komunikasi Pemerintah Aceh di Dinas Sosial Aceh, dalam upaya penanggulangan mahasiswa Aceh yang berada di China, serta petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

"Ketika meninggalkan Nanjing, sedih karena kawan-kawan seperjuangan masih di Wuhan, mereka tidak boleh keluar, itu yang (bikin) sedih," katanya saat tiba di Bandara SIM, di Aceh Besar, Selasa, 28 Januari 2020, seperti dilansir Antara. 

Sahuddin tercatat sebagai mahasiswa program doktor di Fakultas Pendidikan Nanjing Normal University, di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, China.

Dia berdomisili di Aceh Barat Daya selama tujuh tahun dan berprofesi sebagai guru.

Dia menjelaskan, niat untuk kembali ke Indonesia timbul pada Jumat (24/1).

Ketika itu dirinya ingin menunaikan shalat Jumat di Kota Nanjing, namun pihak masjid setempat tidak melayani shalat Jumat karena kondisi China yang mencekam. Ia pun mulai khawatir dengan kondisi tersebut.

Ditambah lagi, Pemerintah Kota Nanjing kala itu juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan terkait antisipasi penyebaran virus corona yang berasal dari Kota Wuhan tersebut.

Bahkan untuk berhubungan dengan lingkungan orang ramai tidak diperbolehkan lagi.

"Jadi memang dijaga total, sehingga saya beli tiket dengan keyakinan minimal harus sampai ke Malaysia saja," katanya.

Dia terus berjuang agar bisa keluar dari China.  Setelah membeli tiket, dia mengikuti pemindaian suhu tubuh oleh petugas medis setempat, serta disodorkan sejumlah pertanyaan menyangkut riwayat melancong ke Kota Wuhan.

Sebab, kata dia, orang yang pernah berkunjung ke Wuhan dikhawatirkan terkena virus corona.

"Alhamdulillah saya tidak ada riwayat melancong ke Wuhan dan suhu tubuh badan saya juga standar 35 sampai 36 derajat. Waktu (tiba) ke KL (Kuala Lumpur) saya berhenti di situ," katanya.

Selama China diserang virus corona tersebut, dia terus mengabarkan ke keluarga di kampung halaman untuk tidak panik, dan terus memberi keyakinan bahwa dirinya dapat keluar dari zona merah tersebut, hingga akhirnya bisa keluar jua.

Sahuddin merasa senang bisa tiba di Aceh dalam kondisi selamat. Ia berharap kedatangannya di daerah Serambi Makkah itu dalam kondisi steril dari virus corona.

Ia juga bersedia jika dianggap berpotensi terjangkit virus dan harus mengikuti karantina, mengingat virus corona tersebut sangat berbahaya.

Karena semua itu untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri, keluarga, serta lingkungan sekitar.

"Pak Kadis (Dinas Kesehatan Aceh) dan teman-teman lain sudah menjemput saya. Sebelum pulang saya juga sudah laporkan ke posko Dinas Sosial Aceh, semua informasi saya berikan sampai hari ini," katanya.

Kondisi mahasiswa Aceh

Di tengah suka citanya dirinya bisa tiba di Tanah Air dengan selamat, Sahuddin juga merasa sedih mengingat kondisi 12 orang mahasiswa Aceh yang berada di Kota Wuhan, sumber penyebaran corona virus tersebut.

Seperti diketahui, sekitar 63 orang mahasiswa Aceh yang ada di China, dan 33 orang diantaranya berada di Wuhan.

Namun, sebagian besar mahasiswa sudah pulang kampung atau mengunjungi daerah lain di China, untuk memanfaatkan waktu libur kuliah.

Sedangkan 12 mahasiswa Aceh tersebut berada Kota Wuhan, Provinsi Hubei, saat otoritas setempat memberlakukan kebijakan isolasi akibat virus corona tersebut, sehingga tidak bisa keluar dari Wuhan. Kasihan mereka, tak bisa pulang ke tanah air. 

Menurut Sahuddin, mereka tidak dibolehkan pulang. Bahkan kondisi di kota itu memang sangat sulit untuk diakses. Namun, Pemerintah Aceh bersama Kementerian Luar Negeri dan KBRI Tiongkok terus berupaya mengevakuasi para mahasiswa Aceh tersebut.

"Saya berharap mereka dipulangkan karena tekanan batin lama-lama. Mereka ada yang stres. Saya sudah ambil kesimpulan saya pulang dulu, karena bantuan lain, saya tidak mampu membantu, minimal saya cari tempat aman," katanya.

Kondisi terakhir Nanjing

Dia menyebutkan ketika dirinya membeli tiket untuk pulang ke Indonesia, kondisi di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu, terdapat dua orang yang diduga (suspect) virus corona.

Kemudian, ketika dirinya hendak berangkat dari salah satu bandara di Jiangsu tersebut, angka orang yang suspect virus corona mematikan tersebut sebanyak 18 orang.

Bahkan, informasi terakhir yang ia dapatkan ketika berada di Bandara Kuala Lumpur Malaysia, sekitar 70-an orang di wilayah Nanjing itu telah terjangkit virus corona.

"Progresnya dari awal tidak ada yang menurun, tapi naik (jumlah korban) terus," katanya.


Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Aceh Hanif mengatakan telah memeriksa kondisi kesehatan Sahuddin. Petugas menyatakan bahwa Sahuddin dinyatakan sehat, tidak terinfeksi virus corona.

Meskipun demikian, kata dia, pihaknya juga akan terus melakukan pengawasan dan komunikasi intensif dengan Sahuddin selama 28 hari ke depan, mengingat Sahuddin kembali dari negara yang terjangkit virus corona.

 

"Kita hari ini sudah jemput salah satu warga kita dari China, Sahuddin bekerja di Aceh Barat Daya sebagai guru. Alhamdulillah kita sudah periksa kesehatan beliau, kondisi beliau sehat untuk sementara tidak ada tanda-tanda terjangkit corona virus," katanya.

Menurut dia, dalam prosedur penanganan disebutkan bahwa apabila seseorang diperiksa dan hasilnya tidak terdapat tanda-tanda terjangkit virus corona, maka seseorang itu hanya masuk dalam daftar orang yang diawasi, artinya bukan yang dirawat.

Sahuddin diperbolehkan kembali ke keluarganya, namun tetap dengan pengawasan petugas sehingga jika ada gejala yang menjurus terinfeksi virus corona, maka segera melapor untuk penanganan lebih lanjut.

"Kalau ada tanda-tanda kurang sehat, demam, segera dilaporkan ke kota supaya dirawat dengan fasilitas kesehatan. Kita harapkan ini tidak terjadi," katanya.

R1 Hee.