Perjalanan Cinta Bung Hatta Dengan Buku-Bukunya

Perjalanan Cinta Bung Hatta Dengan Buku-Bukunya

17 Januari 2020
Ilustrasi [Foto: Istimewa/internet]

Ilustrasi [Foto: Istimewa/internet]

RIAU1.COM - Menjelang ajal, Bung Hatta berpesan kepada seluruh anaknya untuk menjual 10 ribu koleksi buku-buku kesayangannya sebagai bekal hidup saat ditinggal mati.

Namun permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh Meutia Hatta, putri tertua Bung Hatta. Penolakan itu lantaran dia tahu bahwa buku bagi ayahnya sangat berarti. Setara dengan kehadiran anak-anaknya yang lahir ke dunia dinukil dari bbc.com, Jumat, 17 Januari 2020.

" Saya sedih. Kok bisa ayah berbicara begitu, padahal saya tahu buku-buku itu sangat dicintainya. Seperti anak saja," kata Meutia.

Buku Bung Hatta semuanya terbitan tahun 1800 hingga menjelang wafat tahun 1980an.

Dia pertama kali mengoleksi buku saat melanjutkan Sekolah Dagang di Batavia tahun 1919. Ada yang dibeli sendiri dan sebagiannya pemberian teman atau kenalan.

Kondisinya masih mulus, tanpa coretan, lipatan atau kerusakan berarti. Kecuali untuk membubuhkan tanda tangan. Ia juga hanya membaca buku dengan posisi duduk dan lampu penerangan cukup.

Bahkan di tengah kesulitan politik akibat tekanan kolonialis Belanda yang berkuasa di Indonesia saat itu, Hatta masih saja tidak bisa berpisah jauh dari buku-bukunya.

Bukulah yang dibawa saat diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda ke Banda Neira, kemudian ke Boven Digoel dengan menggotong 16 peti.

Bahkan buku juga yang menjadi
mas kawin pernikahannya dengan Rahmi Rachim. Hasil tulisannya saat berada di pembuangan, sebuah buku tentang filsafat berjudul Alam Pikiran Yunani.

Menjadi perbincangan rekan sejawat Hatta yang kerap berseloroh dimana buku adalah istri pertama sedangkan Rahmi, istri kedua.