Peran Penting Australia Saat Indonesia Melepaskan Diri Dari Para Penjajah

Peran Penting Australia Saat Indonesia Melepaskan Diri Dari Para Penjajah

16 November 2019
Larangan hitam dari warga Australia (Foto: Istimewa/internet)

Larangan hitam dari warga Australia (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Hubungan diplomatik Australia-Indonesia di tahun 1945 berjalan cukup baik. Salah satunya membantu Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. 

Australia pernah membantu Indonesia memboikot kapal-kapal Belanda di pelabuhan mereka pasca Jepang menyerah pada Sekutu.

Kapal-kapal Belanda yang berada di pelabuhan Australia berniat ingin kembali menguasai wilayah Indonesia yang saat itu sedang memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Boikot ini dikenal dengan nama larangan hitam dikutip dari Museum Nasional Two Nations, A Friendship is Born dan historia.id, Sabtu, 16 November 2019.

Pada 24 September 1945, kapal-kapal Belanda di Brisbane dan Sydney diboikot. Kota Melbourne dan Fremantle kemudian menyusul. Dalam waktu singkat, boikot terhadap kapal-kapal belanda meluas ke serikat buruh industri maritim Australia.

Tukang ketel, teknisi, pekerja besi, tukang cat kapal dan petugas dok, tukang kayu, petugas gudang, juru tulis hingga awak kapal pandu, turut dalam gerakan tersebut. Hal ini membuat kapal-kapal Belanda tidak dapat meninggalkan pelabuhan.

Kapal Van Heutz yang mengangkut pejabat pemerintah, tentara dan senjata Hindia Belanda tertatih-tatih berlayar dari Brisbane ke Jawa dengan sedikit pasokan batubara dan perbekalan. 

Sementara itu, kapal Karsik yang mengangkut uang Belanda dan kapal Merak tertahan di Melbourne karena tidak mendapat batubara. Pada 28 September 1945, kantor-kantor perusahaan pelayaran dan diplomatik Belanda didemo para pekerja dengan tuntutan lepaskan Indonesia.

Tak hanya itu Menteri Imigrasi Australia saat itu Arthur Caldwell mengancam akan mengusir para penjaga Belanda yang menahan tahanan perang mereka (WNI) di Australia. Belanda akhirnya setuju merepatriasi para narapidana. Atas bantuan serta biaya pemerintah Australia mereka bisa kembali ke tanah air.

Arthur Caldwell juga merupakan orang yang berjasa memulangkan 1.416 warga Indonesia mantan tahanan politik dari kamp Boven Digul, Papua.