Sebelum Latih Kopassus, Pria Belanda Idjon Djanbi Sempat Jualan Bola Lampu

Sebelum Latih Kopassus, Pria Belanda Idjon Djanbi Sempat Jualan Bola Lampu

21 Oktober 2019
Idjon Djanbi (Foto: Istimewa/internet)

Idjon Djanbi (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Pengalaman berjualan bola lampu pernah dirasakan oleh pria berkebangsaan Belanda sekaligus salah satu pelopor pendiri Komando Pasukan Khusus (Kopassus) milik TNI-AD, Idjon Djanbi.


Fakta ini terungkap menurut catatan Ken Conboy dalam Kopassus: Innside Indonesia’s Special Forces (2003) dan dikutip dari tirto.id, Senin, 21 Oktober 2019.

Saat itu, pria yang bernama lengkap Rokus Bernardus Visser itu lahir sebagai anak petani bunga tulip di Belanda.

Selepas kuliah, Visser muda hengkang lalu membantu ayahnya berjualan bola lampu di London, Inggris. Dari sini karir militernya dimulai.

Ketika Belanda diduduki Jerman pada 1940 membuatnya tak bisa pulang. Lalu memilih bergabung dengan militer Belanda yang sedang mengungsi ke Inggris.

Setahun pertama dinas militer dengan pangkat sersan, dia ditunjuk menjadi sopir mobil Ratu Wilhelmina yang turut mengungsi ke Inggris.

Selepas jadi supir, dia masuk Pasukan Belanda ke-2 sebagai pembawa radio. Pernah juga dia mendapatkan latihan komando di Inggris.

Sementara untuk pengalaman tempur penting militernya, Djanbi pernah didaratkan dengan glider ke Belanda yang sedang diduduki Jerman dalam Operasi Market Garden September 1944.

Dua bulan kemudian, Djanbi digabungkan dengan pasukan Sekutu lain dan melakukan operasi pendaratan amfibi di Walcheren di Belanda. Di tahun 1945 dia mendapat promosi pangkat letnan dan dimasukkan ke Sekolah Pasukan Para di India.

Setelah Jepang kalah, dia masuk ke Indonesia sebagai pasukan khusus Belanda pada Maret 1946. Juga memimpin School voor Opleiding van Parachutisten di Jayapura yang disebut Hollandia.

Selama di Indonesia dia mengaku betah. Walaupun tentara Belanda sudah angkat kaki, Djanbi bahkan memutuskan untuk tinggal di Indonesia.

Dia juga menceraikan istrinya yang merupakan orang Eropa. Selama di Indonesia, Djanbi tinggal di Pacet, Lembang, sebagai petani bunga dan masuk Islam lalu menikahi perempuan Sunda sekaligus mengganti namanya menjadi Mochammad Idjon Janbi. Ia meninggal di Yogyakarta pada 1 April 1977.