Virus Babi Mewabah di Tapanuli Utara Sejak Dua Minggu Belakangan

Virus Babi Mewabah di Tapanuli Utara Sejak Dua Minggu Belakangan

14 Oktober 2019
Pemkab Tapanuli Utara saat memberi Vaksin pada babi. Foto: Istimewa.

Pemkab Tapanuli Utara saat memberi Vaksin pada babi. Foto: Istimewa.

RIAU1.COM -Virus Babi atau Hog Cholera mewabah di Kecamatan Tarutung dan Kecamatan Siatas Barita, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) dalam dua minggu belakangan. Babi di sana mati tanpa sebab yang jelas.

Dilansir dari Kumparan.com, Senin (14/10/2019), salah satu daerah terparah terserang wabah itu berada di Desa Simorangkir Hanbinsaran, Kecamatan Siatas Barita. Peternak babi di sana mengaku resah dengan kematian hewan ternaknya.

"Tolong pemerintah segera mencari penyebabnya, masyarakat resah karena hewannya berkurang," ujar kepala Desa Simorangkir, Hardi Saut Simorangki.

Kata Hardi, kejadian ini sudah dua minggu terjadi, virus itu menyerang babi dengan cepat hingga babi di sana mati mendadak.

"Gejalanya babi itu gemetar lalu mati, ada 30 lebih kalau tidak salah secara tiba-tiba mati diserang wabah itu," ujar Hardi.

Meski wilayahnya terserang Hog Cholera, namun menurut Hardi, jumlah babi yang mati setiap harinya sudah jauh berkurang, karena Pemkab Taput sudah datang memberikan vaksin.

"Karena pemerintah sudah membawa (vaksin) antibiotik untuk mencegah agar tidak menular," ujar Hardi.

Merebaknya wabah di Taput, dibenarkan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Taput, Sondang Ey Pasaribu. Kata Sondang virus ini pertama sekali merebak di Eropa sebelum akhirnya sampai ke Indonesia.

"Sebelumnya wabah Hog Cholera terjadi di Medan, menyebar ke Kabupaten Dairi, Humbang Hasundutan dan selanjutnya Tapanuli Utara," ujar Sondang.

Sondang mengatakan, sebelum terkena wabah Hog Cholera, babi-babi tersebut mengalami gejala demam, menggigil, kotoran mengeras, kurang nafsu makan hingga di sekitar telinga berwarna merah kebiruan.

Loading...

"Dampaknya menyebabkan kematian apabila tidak segera ditangani. Berdasarkan laporan petugas Kecamatan Siatas Barita, ternak Babi yang mati akibat tertular Hog Cholera sekitar 52 ekor," ujar Sondang.

Untuk mencegah virus tidak menular ke ternak babi yang lain Pemkab Tapanuli melalui Dinas Pertanian sudah melakukan vaksinasi ke ternak yang belum tertular serta melakukan pencegahan kepada ternak yang sudah tertular.

"Kita juga melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk melaksanakan sanitasi dan disinfeksi kandang, tidak memotong ternak yg tertular, membawa ternak dari daerah tertular, serta mengubur ternak yang mati, bukan membuangnya ke sungai," ujar Sondang.

Pihaknya juga sudah membuat surat edaran bupati, seluruh camat, kepala Desa serta Majelis Gereja untuk mengantisipasi penularan yang lebih luas

"Kami juga segera menginformasikan ke Petugas Peternakan apabila disinyalir ada penularan ternak," ujar Sondang.

Sondang juga menjabarkan Hog Cholera hanya menular pada Babi tidak menyerang manusia. Namun masyarakat diimbau untuk tidak makan babi yang terkena virus Hog Cholera.

"Virus ini tidak menyerang manusia, tapi yang namanya virus janganlah dikonsumsi. Tapi tetap kita anjurkan kalau memasak daging babi harus matang benar," ujar Sondang.

"Kemudian ternak yang tertular virus tersebut kalau ternaknya mati dikuburlah jangan dibuang, karena bangkai apapun kalau dibuang sembarangan bisa menimbulkan penyakit lain bagi manusia," tutup Sondang.