Alami Ginjal Bocor, Bocah 11 Tahun Maidenia Rasmi Membutuhkan Biaya Pengobatan 

Alami Ginjal Bocor, Bocah 11 Tahun Maidenia Rasmi Membutuhkan Biaya Pengobatan 

25 September 2020
Maidenia Rasmi (11 Thn) Alami Ginjal Bocor, Dan Butuh Bantuan Pengobatan/R24

Maidenia Rasmi (11 Thn) Alami Ginjal Bocor, Dan Butuh Bantuan Pengobatan/R24

RIAU1.COM -Kuansing - Malang tak dapat ditolak, untung tak bisa diraih. Begitulah kira-kira nasib yang dialami Seorang Putri bernama Maidenia Rasmi (11 Tahun), anak pasangan Mohadi Sopian dan Delpianis (Almarhumah) yang berasal dari Desa Pulau Baru Kopah Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. 

Sebab, Berdasarkan hasil Diagnosa Dokter, dirinya mengidap penyakit Sindrom Nefrotik atau yang sering dikenal dengan ginjal bocor. Sehingga Rasmi (11) sangat membutuhkan bantuan, untuk biaya pengobatan dari para dermawan. Dan Rasmi saat ini diasuh neneknya, Misrawati karena ditinggal orang tuanya sejak umur 7 tahun.

Menurut penuturan neneknya, Rasmi pernah dirawat di Rumah Sakit Eka Hospital, dan oleh dokter korban mengalami sakit komplikasi Reumatik dan Jantung. Namun karena tidak mendapatkan perawatan disana, hingga dibawah ke RSUD Arifin Ahmad. "Alhamdulillah Penyakit Reumatik dan Jantung sudah mulai membaik.

Selanjutnya korban kembali didiagnosa oleh dokter, rupanya mengidap penyakit Ginjal Bocor yang sudah berlangsung semenjak umur 10 Tahun, hingga saat ini kondisi korban belum stabil," Ujar Neneknya Misrawati ketika dihubungi wartawan Kuansing Rabu (23/9).

Dikatakan Neneknya, semenjak umur 10 Tahun Rasmi didiagnosa penyakit jantung, dan apabila penyakitnya kambuh maka badannya menjadi lemas dan tidak bisa berdiri, badan membengkak dan parahnya ini dialaminya semenjak satu tahun terakhir," Ujar Misrawati ketika dihubungi wartawan Kuansing Rabu (23/9).

Menurutnya, Beberapa hari lalu, korban sempat dibawa ke RSUD, namun saat itu keluarga memutuskan agar korban dibawa pulang, karena tidak ada biaya untuk berobat.

Sementara ayah Rasmi, Mohadi Sopian, mengaku hanya bekerja serabutan dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka hanya mengandalkan memotong karet yang harganya saat ini  hanya tujuh ribu per kilo. "Saya ini hanya bekerja serabutan, tidak ada pekerjaan yang lain, cuman memotong karet untuk biaya kebutuhan keluarga sehari-hari. Untuk biaya pengobatan kami tidak punya dana lagi," Ujarnya dengan sedikit terbata-bata.

Untuk beberapa hari terakhir ini, mereka mendapatkan bantuan Pemerintah berupa BPJS Kesehatan. "Sementara obat yang harus ditebus untuk Rasmi perminggu Rp.700.000, selama ini uang itu kami dapat menunggu bantuan BLT dan bantuan keluarga, kedepan kami belum tahu dari mana dapat uang untuk perawatan " Ujar Mohadi dengan nada sedih.

Menghadapi hal tersebut, tentu saja Mohadi Sopian semakin bingung dan harus berbuat apa lagi. Karena dirinya tengah diliputi kegelisahan, dan berhadapan dengan masalah kesulitan biaya ekonomi keluarga yang pas-pasan, ditambah dengan beban pengobatan Rasmi membuatnya tak berdaya.

Kini dirinya berharap ada perhatian dari Pemerintah Kuansing, agar memberikan bantuan berobat buat anaknya, untuk dapat dirawat sesuai penyakit yang diderita," Harapnya. (ndi)