Selidiki Kasus Penipuan, Kasat Reskrim Polres Majene Selamat dari Kepungan Napi Lapas Maros

Selidiki Kasus Penipuan, Kasat Reskrim Polres Majene Selamat dari Kepungan Napi Lapas Maros

8 Oktober 2019
Suasana di sekitar lapas Sulsel. Foto: Istimewa.

Suasana di sekitar lapas Sulsel. Foto: Istimewa.

RIAU1.COM -Tiga anggota Polres Majene, Sulawesi Selatan, dikeroyok saat tengah menyelidiki tindak pidana penipuan di dalam Lapas Kelas II A Maros, Minggu (6/10/2019). Penipuan tersebut melibatkan oknum yang mengaku sebagai Kapolres Majene AKBP Asri Effendy di media sosial.

"Kejadian ini berawal saat 4 personel Polres Majene dan 3 personel Resmob Polda Sulsel tiba di Lapas Kelas II A Maros untuk pengembangan kasus penipuan sekitar pukul 16.10 WITA," kata Kasat Reskrim Polres Majene AKP Pandu Arief Setiawan dikutip dari Kumparan.com, Selasa (8/10/2019).

Saat itu, Pandu berkoordinasi Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP) Hardiman untuk bertemu dengan tiga orang napi, Saeful, Nur, dan Ibrahim. Ketiganya awalnya hendak diperiksa karena diduga kuat menjadi pelaku tindak pidana penipuan yang mengatasnamakan Kapolres Majene.

"Sekitar pukul 17.30 WITA, ketiga napi tersebut diinterogasi. Lalu napi Saeful menolak untuk menyerahkan ponsel miliknya digunakan untuk internet banking yang menampung hasil kejahatan. Saeful hanya menyerahkan simcard-nya saja dan mengaku ponselnya sudah dibuang," tutur Pandu.

Pandu pun meminta sipir lapas untuk menggeledah kamar Saeful, namun ponsel tersebut tidak ditemukan. Salah satu sipir lalu meminta dua anggota Polri, Briptu Mustakim dan Briptu Raja, untuk menemaninya menggeledah sel Saeful.

Namun, baru tiga menit penggeledahan itu berlangsung, tiba-tiba banyak napi yang berkumpul di blok sel Saeful. Para napi itu meneriakkan kata-kata 'bunuh itu polisi!', 'bakar!', sambil melempari polisi dan sipir dengan batu.

"Sekitar setengah jam kemudian, sipir yang ikut menggeledah berhasil menyelamatkan diri dan meninggalkan dua penyidik Polri di blok saeful. Dua penyidik kami mengambil posisi bertahan sambil menutup pintu sel sambil menghubungi saya, meminta pertolongan," jelasnya.

Baru setelah itu, Pandu bersama satu anggota Polres Majene dan 2 anggota Polda Sulsel langsung masuk ke area lapas dan menuju sel Saeful. Pandu berhasil masuk dan menjemput dua anak buahnya. Sementara, tiga orang lainnya tidak bisa menembus kerumunan karena dilempari batu oleh para napi.

"Setelah itu kami berusaha keluar dari blok sel Saeful, tapi para napi mengejar dan melempari batu. Karena terdesak, saya sempat memberikan dua tembakan peringatan ke udara untuk menghalau napi yang mencoba menghalangi," kata Pandu.

Loading...

Sekitar pukul 18.40 WITA, Pandu, Mustakim, dan Raja berhasil keluar dari area lapas. Mereka lalu berkoordinasi dengan kepala lapas untuk membawa tiga orang narapidana yang diduga menjadi tersangka penipuan karena berkas administrasi non-tahanannya sudah jadi.

"Tapi kepala lapas tidak mengizinkan dengan alasan agar situasi tenang. Lalu kami meninggalkan lapas dan langsung ke RSUD Maros untuk pengobatan," pungkasnya.

Akibat insiden ini, Pandu mengalami luka patah tulang rahang bawah sebelah kiri, sobek di dagu kiri bawah, serta luka lecet dan memar di tangan dan kakinya. Sedangkan Mustakim dan Raja mengalami luka memar dan lecet di perut, pinggang, punggung, serta tangan dan kaki.

Sementara itu, Kepala Lapas Kelas II A Maros Indra S Mokoagaw menyebut awalnya proses penyelidikan itu berjalan lancar. Namun, keributan baru terjadi karena Pandu menyerobot masuk ke area lapas sambil melontarkan tembakan.

"Hal itu akhirnya memicu keributan anak binaan kami, mereka akhirnya balik menyerang. Aparat kepolisian akhirnya kami amankan, baru anak-anak ditenangkan. Kalau tidak begitu, bisa hancur lapas kita ini," kata Indra.

Ia juga membantah jika ada aparat kepolisian yang mengalami luka parah hingga patah tulang. Namun, ia tidak menampik jika ada polisi yang mengalami luka ringan.

"Semuanya selamat, tidak ada yang sampai patah tulang. Memang ada yang lecet di lengan karena jatuh, kepala mereka juga luka karena jatuh, bukan karena lemparan batu. Mereka kami bawa ke rumah sakit, dan akhirnya dipulangkan setelah mendapatkan perawatan medis. Itu artinya luka mereka tidak parah," jelasnya.