Plafon Jatuh, Masjid Tanjak Batam Tidak Bisa Digunakan Dua Bulan ke Depan

Plafon Jatuh, Masjid Tanjak Batam Tidak Bisa Digunakan Dua Bulan ke Depan

12 September 2022
Masjid Tanjak Batam

Masjid Tanjak Batam

RIAU1.COM - Pihak kontraktor pembangunan Masjid Tanjak, sejak Kamis (8/9) sudah melakukan pemeliharaan dengan jatuhnya plafon masjid Tanjak yang menelan anggaran puluhan miliar tersebut. 

Sementara Satuan Pemeriksa Intern (SPI) BP Batam melakukan investigasi dan kajian agar kejadian serupa tak terulang di kemudian hari.

Pemeliharaan sendiri langsung dilakukan sejak Kamis (8/9) malam. Proses awal pemeliharaan dimulai dengan pemasangan perancah (scaffolding) di dalam masjid.

“Iya, selain pemeliharaan, pemeriksaan atas kejadian ini juga dilakukan oleh Satuan Pemeriksa Intern (SPI) BP Batam,” kata Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait seperti dimuat Batampos.

lalu Ariastuty juga memastikan, pemeliharaan ini dilakukan tanpa penambahan biaya dari BP Batam. Bila ada biaya yang timbul atas perbaikan tersebut untuk kesempurnaan Masjid Tanjak Batam, semua wajib ditanggung kontraktor.

“Karena itu tadi, masih masa pemeliharaan, jadi masih tanggungjawab kontraktor,” ujar Ariastuty.

Pemeliharaan ini, kata Ariastuty, diperkirakan berlangsung selama dua bulan. Selama masa pemeliharaan, kegiatan peribadahan di Masjid Tanjak Batam belum bisa dilakukan.

Di tempat terpisah, Kepala BP Batam yang juga Wali Kota Batam, Muhammad Rudi menegaskan, investigasi SPI tentang penyebab pasti ambruknya plafon masjid tersebut menjadi sangat penting, untuk antisipasi kejadian serupa tak terulang.

“Kalau memang semua (plafon) harus diperbaiki, ya bongkar. Jangan sampai terjadi lagi,” tegas Rudi.

Rudi juga meminta kontraktor profesional, memperbaiki semua kerusakan yang muncul. Termasuk membenahi rembesan air hujan yang masuk ke plafon serta tekanan angin yang masuk ke plafon melalui celah-celah yang ada.

Praktisi jasa konstruksi di Batam, Suparman, mengatakan, kerusakan yang terjadi pada Masjid Tanjak sebenarnya bisa menjadi momentum oleh Kepala BP Batam Muhammad Rudi untuk melakukan audit secara menyeluruh pada konstruksi bangunan masjid tersebut. Tujuannya untuk mengecek apakah spesifikasi seluruh bangunan sudah sesuai dengan harga yang dibayarkan.

Menurut Suparman, dengan anggaran Rp 39,9 miliar dibagi luas bangunan masjid (sekitar 2.000 meter persegi), maka harga bangunan per meter persegi mencapai Rp 19 juta. “Apakah sesuai kualitas dengan harga sebesar itu,” ujarnya.

Untuk itu, ia menyarankan Kepala BP Batam mengundang Lembaga Afiliasi dan Penelitian Industri (LAPI) Institut Teknologi Bandung untuk melakukan audit tersebut. “Mereka punya kompetensi untuk menilai dan menghitung kualitas bangunan,” katanya.

Ketua Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Kepri, Mulia Pamadi menilai harusnya air tidak boleh masuk atau mengenai plafon berbahan gipsum. “Gipsumnya menyerap air, akhirnya menjadi berat,” kata Mulia.

Loading...

Ia menjelaskan, dari proses jatuhnya gipsum, serta arah jatuhnya berurutan dari kanan ke kiri. Lalu, rangka yang masih bertahan di langit-langit Masjid Tanjak, menandakan bahwa plafon sudah terlalu berat.

“Skrup yang menahan plafon sudah tidak kuat lagi. Hingga, akhirnya jatuh secara simultan,” ujarnya.

Saat ditanya, apakah kerangkanya terlalu kecil, menahan beratnya plafon? Mulia menilai, kerangka dapat menahan plafon jika keadaan kering. Sedangkan saat basah, plafon menjadi berat dan mengurangi kekutan skrup yang menempelkan plafon ke rangka.

Saat ditanya, mengenai adanya kelemahan dalam perencanaan, sebab, jika melihat posisi masjid di atas bukit, harusnya di rancangan sudah dibuat bisa mengantisipasi angin dan tempias air hujan, Mulia enggan mengomentarinya.

“Logikanya begitu, tapi yang harus menjawabnya adalah dari arsitektur. Meskipun, ilmu saya juga bersinggungan mengenai itu,” ungkap Mulia.

Dari informasi didapat Mulia, bagian atas masjid ada lubang yang memungkinkan air dan angin masuk. Mulia menduga air masuk dari arah sana.

“Memberikan kesempatan air masuk (ke arah plafon), itu tidak bagus,” tuturnya.

Ia mengatakan, seharusnya air dan hujan bisa dihindarkan. Sehingga, tidak menganggu kekuatan dari plafon dan membuatnya jadi roboh.

Ucapan dari Mulia, hampir sama dengan pengamat arsitektur yang juga mantan Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Kepri, Supriyanto. Ia mengatakan gipsum bukan bahan yang tahan terhadap air. Harusnya, air tidak boleh masuk.

Ia menyarankan jika memang ada masuk air atau angin. Maka, solusinya lubang-lubang penyebab masuknya air haruslah ditutup.

“Tapi kalau angin tidak masuk ruangan plafon, mungkin rangka itu kuat. Itu dugaan sementara dari yang saya lihat yah,” ucapnya.*