RIAU1.COM - Organisasi HAM Amnesty International melaporkan bahwa para migran yang ditahan di kamp-kamp Libya menjadi sasaran kekerasan seksual di tangan para penjaga, termasuk dipaksa untuk melakukan hubungan seksual demi mendapatkan air bersih, Kamis (15/7).
Laporan tersebut berfokus pada migran yang dicegat di Mediterania dan yang turun di Libya pada 2020 dan 2021.
Baca Juga: Nama Anwar Ibrahim Sahabat Bj Habibie Mencuat Sebagai Kandidat Perdana Menteri Malaysia Gantikan Muhyiddin
Temuan ini berasal dari wawancara dengan 53 pengungsi dan migran, berusia antara 14 dan 50 tahun, dari negara-negara seperti Nigeria, Somalia, dan Suriah, yang sebagian besar masih berada di Libya.
Beberapa wanita hamil di dalam kamp mengatakan kepada Amnesty bahwa mereka telah berulang kali diperkosa oleh penjaga, sementara pria mengatakan mereka dipaksa hanya mengenakan pakaian dalam untuk mempermalukan mereka. Lainnya, termasuk anak laki-laki, digambarkan diraba-raba dan didorong.
Meskipun ada gencatan senjata antara faksi-faksi Libya yang bertikai sejak Oktober sebagai bagian dari rencana perdamaian yang didukung PBB setelah jatuhnya Muammar Gaddafi pada 2011, kelompok-kelompok bersenjata masih memegang kekuasaan di lapangan.
Beberapa anggota parlemen Uni Eropa telah mendesak Komisi Eropa, eksekutif Uni Eropa, untuk berhenti mendanai penjaga pantai, dengan mengatakan bahwa Libya bukanlah negara yang aman bagi para migran.