Diburu di Afrika, Daging Simpanse Dikenal Tidak Sehat Karena Genetiknya Mirip dengan Manusia

Diburu di Afrika, Daging Simpanse Dikenal Tidak Sehat Karena Genetiknya Mirip dengan Manusia

16 September 2019
Ilustrasi simpanse. Foto: Pixabay.

Ilustrasi simpanse. Foto: Pixabay.

RIAU1.COM -Penduduk di Afrika memburu hewan liar untuk dikonsumsi sebagai makanan. Kebiasaan tersebut telah berlangsung semenjak ribuan tahun yang lalu.

Kini, praktik perburuan hewan liar untuk dijadikan bahan makanan masih terjadi. Sasarannya adalah ribuan ekor monyet dan jenis primata lainnya yang diburu untuk diselundupkan secara ilegal ke Inggris dan negara-negara di Eropa lainnya serta Amerika Serikat.

Dilansir dari Tempo.co, Senin (16/9/2019), daging hewan primata ini biasanya menjadi hidangan lezat di pesta-pesta pernikahan kalau tidak dijajakan di restoran-restoran. Bisnis jual beli primata yang menggiurkan ini membuat spesies simpanse Afrika Barat misalnya, terancam punah.

Ben Garrot, ilmuwan primata terkemuka dunia, meyakini semakin banyak hewan liar Afrika yang diselundupkan ke berbagai negara oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Beruntung, praktik penyelundupan daging hewan liar beberapa waktu lalu berhasil digagalkan di Inggris.

Saat itu, petugas perbatasan menyita daging hewan liar yang akan diselundupkan. Jumlahnya meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir.

Menurut data, sebanyak 544 kilogram daging hewan liar disita di pelabuhan dan bandara di Inggris dalam rentan waktu antara tahun 2014 hingga 2015. Angka itu melonjak menjadi 946 kilogram pada rentang tahun 2017 hingga 2018. Dan kemudian menjadi 1.149 kilogram pada rentang tahun 2018 hingga 2019.

Belum lama ini, juga beredar foto-foto seekor simpanse Afrika Barat yang berhasil melarikan diri dari pemburu yang hendak menjualnya sebagai bahan makanan di Liberia. Monyet malang bernama Winner itu tampak ketakutan di dalam kandangnya yang sempit.

Winner ditemukan di dekat perbatasan Liberia dengan Guinea pada musim panas 2017 lalu. Monyet yatim piatu itu dikurung oleh pemburunya yang kejam selama setahun penuh. Winner hanya dibiarkan keluar kandang sekali dalam sepekan.

Otoritas Pengembangan Kehutanan Liberia kemudian membawa Winner ke tempat suaka. Winner tinggal bersama 45 ekor simpanse lainnya. Akibat trauma, hewan berusia empat tahun itu masih berjuang untuk bisa berbaur dengan spesiesnya.

Loading...

Otoritas Pengembangan Kehutanan Liberia menyatakan bahwa simpanse di Afrika Barat termasuk dalam spesies yang terancam punah.

“Sangat penting untuk diperhatikan bahwa setiap simpanse yang dijual, diperkirakan ada lima hingga sepuluh ekor simpanse yang telah terbunuh,” ujar mereka sebagaimana dilansir Daily Star.

Terkait dengan daging hewan liar untuk dikonsumsi ini, Garrod membeberkan fakta mencengangkan dari praktik perburuan hewan liar yang terjadi di Afrika Barat.

“Perdagangan ini tidak hanya mengancam satwa liar tetapi juga berpotensi membahayakan manusia,” katanya.

Menurut Garrod, perdagangan satwa liar untuk dikonsumsi manusia bisa memicu penyebaran penyakit serius seperti ebola. Sebab, daging simpanse dikenal tidak sehat. Belum lagi, secara genetik hewan tersebut mirip dengan manusia.

Juni lalu, Daily Star melaporkan adanya kekhawatiran dari para ilmuwan terkait penyebaran AIDS melalui konsumsi daging monyet yang kini mulai marak diperjualbelikan di sejumlah restoran di Inggris.