Ketika Khalifah Umar bin Khattab Berdebat dengan Gubernur Syam Soal Wabah Penyakit dan Takdir

Ketika Khalifah Umar bin Khattab Berdebat dengan Gubernur Syam Soal Wabah Penyakit dan Takdir

28 Maret 2020
Ilustrasi

Ilustrasi

RIAU1.COM - Dunia saat ini sedang dihebohkan dengan kasus wabah virus corona atau Covid-19 yang sudah menewaskan ribuan orang diberbagai belahan dunia. Bahkan, virus yang berasal dari Cina itu juga sudah menyerang masyarakat di Indonesia.

Ternyata, wabah penyakit juga pernah terjadi di masa Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab, tepatnya pada bulan Rabiul Awwal tahun kedelapan hijriyah. Umar sempat berdebat dengan Abu Ubaidah, Gubernur Syam soal wabah penyakit dan takdir.

Wabah terjadi di wilayah Saragh, sebuah daerah di Lembah Tabuk dekat Syam. Awalnya sang Amirul Mukminin itu berencana melakukan kunjungan ke Syam yang ketika itu sudah bergabung dengan kekuasaan Islam. Sampai di Saragh, dia bertemu dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah yang ketika itu disebut menjabag Gubernur Syam.

Abu Ubaidah memberitahu Umar bahwa wilayah Syam sedang terjadi wabah penyakit. Mendapat kabar tersebut Umar memutuskan berhenti di Saragh.

Abdullah Ibnu Abbas seperti diriwayatkan dalam hadits Abdurrahman bin Auf menceritakan bahwa ketika itu Umar meminta dipanggilkan beberapa Muhajirin sepuh. Dikutip dari Kitab Al Lu'lu wal Marjan karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, Umar kemudian berdiskusi dengan tokoh-tokoh senior Muhajirin.

Terjadi perdebatan antara tokoh senior Muhajirin dengan Umar bin Khattab. Ada yang menyarankan agar Umar tetap melanjutkan perjalanan ke Syam, tak sedikit yang meminta Singa Padang Pasir itu kembali ke Madinah.

Tak ada titik temu, pertemuan itu pun dibubarkan. Umar kemudian minta Ibnu Abbas untuk memanggil orang-orang Anshar. Lagi-lagi tak ada titik temu karena terjadi perdebatan soal perlu tidaknya Umar pergi ke Syam.

"Sekarang tinggalkan saja aku. Tolong panggilkan aku sesepuh Quraisy yang dulu hijrah pada peristiwa penaklukkan Makkah," kata Umar kepada Ibnu Abbas.

Ibnu Abbas pun memanggil tokoh Quraiys yang dimaksud Umar dan ternyata tinggal dua orang saja. Kepada Umar mereka menyarankan agar mengurungkan niat untuk mendatangi Syam mendatangi daerah yang terkena wabah penyakit.

Umar sepakat dan kembali ke Madinah. "Aku akan berangkat besok pagi (ke Madinah) mengendarai tungganganku, maka kalian pun berangkat besok pagi mengendarai tunggangan kalian," kata Umar.

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah tak sepakat dengan keputusan Umar tersebut. "Apakah Engkau ingin lari dari takdir wahai Amirul Mukminin?" kata Abu Ubaidah.

"Ya, kita akan lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lainnya," Jawab Umar bin Khattab.

Umar masih berusaha meyakinkan pilihannya kepada Abu Ubaidah. Hingga kemudian datanglah Abdurrahman bin Auf yang menjelaskan bahwa apa yang akan dilakukan Umar, persis dengan sabda Rasulullah SAW:

"Apabila kalian mendengar ada suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya."

Umar bin Khattab kemudian meminta Abu Ubaidah untuk meninggalkan Syam. Namun Abu Ubaidah menolak dan tetap tinggal di Syam. Dia kemudian terkena wabah dan meninggal dunia. Muaz bin Jabal yang menggantikan Abu Ubaidah sebagai Gubernur Syam juga meninggal dunia terkena wabah.

Wabah penyakin di Syam baru mereda setelah Amr bin Ash menjabat gubernur. Dia mencoba menganalisa penyebab munculnya wabah dan kemudian melakukan isolasi, orang yang sakit dan sehat dipisahkan. Wabah penyakit di Syam pun perlahan-lahan mulai hilang.

Metode isolasi atau karantina yang sekarang lebih dikenal dengan 'lockdown' seperti yang diterapkan di masa sahabat Nabi kini dianjurkan. Hal ini untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19.

 

 

 

 

Sumber: Detik.com