Sri Mulyani : Coronavirus Mencukur 0,6 Poin Persentase Pertumbuhan PDB
RIAU1.COM - Pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin akan terpengaruh oleh wabah koronavirus global di Cina, dengan pemerintah berencana untuk memberikan insentif kepada industri pariwisata untuk mencegah penurunan tajam.
"Penurunan 1 poin persentase dalam pertumbuhan ekonomi China akan menghasilkan penurunan 0,3% menjadi 0,6 poin persentase di [pertumbuhan] Indonesia," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mencapai tiga tahun 4,97 persen pada kuartal keempat 2019, diproyeksikan akan tumbuh 5,3 persen tahun ini. Perkiraan Sri Mulyani berarti pertumbuhan ekonomi dapat turun menjadi 4,7 persen.
"Kami waspada, tetapi pemerintah Cina akan memiliki langkah-langkah kontra melalui ekspansi fiskal dan moneter," kata menteri. Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Tiongkok dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal kedua.
China memberikan konsesi pajak kepada perusahaan-perusahaan yang secara langsung terkena penyakit coronavirus 2019 (COVID-19), dan bank sentralnya menyiapkan dana bantuan 300 miliar yuan khusus untuk menopang perekonomian di tengah peringatan perjalanan dan menangguhkan operasi di pabrik dan usaha kecil.
Sri Mulyani mengatakan pemerintah belum secara resmi merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3 persen dalam anggaran negara, karena masih memantau prospek pertumbuhan ekonomi global dan prospek ekonomi China pada tahun 2020.
"Proyeksi analis dari penurunan 1 hingga 2 poin persentase dalam ekonomi Tiongkok masih didasarkan pada skenario tertentu, tetapi kami masih menilai dampak wabah pada ekonomi."
Sejak muncul di kota Wuhan di Cina pada akhir Desember, COVID-19 telah menewaskan hampir 2.000 orang, termasuk lima di luar daratan Cina. Virus ini telah menyebar ke hampir 30 negara, dengan lebih dari 70.000 orang terinfeksi secara global.
Beberapa negara, termasuk Singapura, kini melakukan kebijakan pelonggaran fiskal dan moneter untuk melawan dampak ekonomi negatif dari wabah tersebut.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan para pembuat kebijakan Indonesia tidak mampu berada di belakang kurva pelonggaran negara-negara Asia.
"Namun, setiap pelambatan cenderung berbentuk U, karena wabah koronavirus China sebenarnya tidak menyebabkan penurunan fundamental ekonomi di Cina dan Indonesia," Satria mengatakan kepada The Jakarta Post.
Taiwan berencana untuk membelanjakan US $ 2 miliar untuk membantu meredam dampak virus corona baru pada ekonomi yang bergantung pada ekspor, menawarkan pinjaman kepada usaha kecil dan bahkan voucher untuk dibelanjakan untuk makanan di pasar malam, menurut Reuters.
Sementara itu, Singapura pada hari Selasa mengumumkan sekitar $ 4,5 miliar dalam paket keuangan untuk membantu menahan wabah koronavirus di negara-kota dan mengatasi dampak ekonominya, membuka jalan bagi defisit anggaran terbesarnya dalam setidaknya 15 tahun, Reuters melaporkan.
"Ini berarti pertumbuhan akan segera pulih dengan cepat, dengan permintaan global untuk komoditas dan produk manufaktur kembali pada paruh kedua tahun 2020."
Wabah telah memberikan pukulan bagi industri perjalanan Indonesia, dengan pembatalan massal penerbangan dan hotel. Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat setidaknya 20.000 pembatalan untuk Bali sejak munculnya coronavirus baru pada awal Januari.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama mengatakan Indonesia dapat melepaskan pendapatan hingga $ 2,8 miliar dari wisatawan Tiongkok, yang jumlahnya mencapai rata-rata 2 juta pelancong per tahun. Indonesia melihat 16,1 juta kedatangan wisatawan asing pada tahun 2019, dengan pengunjung Tiongkok berkontribusi 12 persen dari semua kedatangan asing.
Pemerintah Indonesia akan memberikan diskon hingga 30 persen untuk pelancong asing dan lokal karena semakin banyak wisatawan membatalkan rencana liburan mereka ke negara itu karena kekhawatiran wabah. Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan rencana itu akan disampaikan ke perusahaan perjalanan, maskapai penerbangan dan industri yang terkena dampak lainnya.
Sri Mulyani mengatakan rincian proposal akan segera diumumkan, menambahkan bahwa proposal itu akan dibahas lebih dulu dengan kementerian lain, termasuk Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
R1/DEVI
