44 Tahun Ditingalkan, Kini Stasiun Pulau Aia Kembali Beroperasi

44 Tahun Ditingalkan, Kini Stasiun Pulau Aia Kembali Beroperasi

15 Februari 2021
Stasiun Pulau Aia di kota Padang/Langgam.id

Stasiun Pulau Aia di kota Padang/Langgam.id

RIAU1.COM -Mati selama 44 tahun, kini Stasiun Pulau Aie di Kota Padang kembali beroperasi sejak beberapa hari belakangan. Kembali hidupnya stasiun tertua di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) ini pun disambut antusias masyarakat.

Terdapat enam keberangkatan dan enam kedatangan Kereta Api Minangkabau Ekpress dari dan ke Stasiun Pulau Aie-Stasiun Bandara Internasional Minangkabau. Para masyarakat silih berganti memanfaatkan moda transportasi satu ini.

Waktu tempuh yang cepat dan pelayanan yang nyaman diberikan saat menaiki kereta api ini membuat masyarakat betah. Data PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumbar mencatat jumlah penumpang tiap harinya semakin bertambah.

Seorang penumpang Kereta Api Minangkabau Ekpress, Roli Irawan mengaku sangat senang karena kembali beroperasinya Stasiun Pulau Aie tersebut. Moda transportasi ini sangat membantunya untuk menuju bandara.


 
“Bagus, apalagi warga di sini banyak yang kerja, sering dinas luar bisa langsung ke stasiun ini (menuju bandara). Kebetulan saya tadi mencobanya, ternyata waktu tempuh cepat,” kata pria 43 tahun ini ditemui langgam.id di Stasiun Pulau Aie, Minggu (14/2/2021).

Irawan mengakui dirinya besok akan berangkat ke Batam untuk urusan pekerjaan. Makanya ia membawa keluarga di akhir pekan untuk mencoba naik kereta sembari memperkirakan waktu tempuh ke bandara. “Saya tinggal di sini, besok ke Batam apakah tepat waktu atau tidak, ternyata tepat waktu,” jelasnya.

Seorang penumpang lainnya juga mengungkapkan hal serupa. Perempuan satu ini sengaja mendatangi Stasiun Pulau Aie hanya untuk menikmati sensasi menaiki kereta api. “Senang ya. Rumah dekat stasiun ini. Tadi membawa anak jalan-jalan ke bandara,” singkatnya.

Beroperasinya Stasiun Pulau Aie ini juga dirasakan oleh masyarakat sekitar yang memiliki usaha seperti berdagang. Salah satunya yang dirasakan May, perempuan 63 tahun.

May memiliki warung kelontong persis di depan Stasiun Pulau Aie. Kembali hidupnya stasiun ini sangat berdampak terhadap dagangannya, sebab para penumpang berbelanja ke warungnya. “Sangat berdampak ke dagangan saya. Dulu kawasan ini sepi, sekarang sudah ramai kembali, sudah tertata rapi,” ujarnya.

May mengaku jika malam hari di sekitar Stasiun Pulau Aie kembali terang. Lampu-lampu yang ada ikut menerangi kawasan pemukiman masyarakat. Hal ini membuat daerah di sekitar stasiun tak lagi mencekam. “Perubahan banyak pokoknya. Dagangan ramai, penumpang, pegawai berbelanja ke sini. Dulunya sepi sekarang ramai, terang. Dulu tak ada lampu sekarang seluruh lampu hidup,” tuturnya. (Langgam.id)