Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin Sebut People Power Konsekuensi Demokrasi

Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin Sebut People Power Konsekuensi Demokrasi

19 Mei 2019
Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin. Foto: Antara.

Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin. Foto: Antara.

RIAU1.COM -People power merupakan konsekuensi demokrasi. Hal ini tidak melanggar konstitusi serta tidak boleh dihalang-halangi.

"Tetapi syaratnya people power itu merupakan aksi damai, tanpa kekerasan dan tidak terjebak anarkisme," kata
Tokoh Muhammadiyah Din Syamsuddin dilansir dari Antara, Minggu (19/5/2019).

Aparat keamanan seharusnya juga menghadapinya dengan sikap damai dan mengayomi. Din malah tidak setuju people power yang memaksakan kehendak dan berakhir chaos. Karena, hanya akan membuat sesama muslim berhadapan.

"Harga sosialnya terlalu mahal. Itu sikap saya. Saya pendukung perdamaian," katanya.

Ia juga menegaskan tidak setuju jika Komisi Pemilihan Umum (KPU) didelegitimasi. Namun jika KPU sebagai penyelenggara pemilu yang bekerja atas mandat konstitusi itu tidak menyelenggarakan pemilu dengan jujur, adil, transparan, dan akuntabel, maka hasilnya cacat konstitusi.

Kecurangan dalam pemilu harus diselesaikan dan diverifikasi. Kalau kecurangan tidak terbukti maka tuduhan itu adalah fitnah. Tetapi kalau benar, maka itu merupakan musibah dan tidak bisa dianggap remeh.

"Awalnya dikira 'human error', tapi begitu akhirnya menumpuk, ini bukan kealpaan manusia lagi. Ini harus diverifikasi," tegas Din.

Dalam kesempatan kajian itu, Din juga meminta umat Islam tidak ada lagi yang mendebat sila pertama Pancasila agar dikembalikan ke masa Piagam Jakarta yang berbunyi, "Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya".

"Menurut saya sila pertama yang sekarang Ketuhanan Yang Maha Esa lebih kuat dan luas maknanya, yakni tauhid. Agama yang paling dekat dengan Pancasila itu adalah Islam," sebut Din.