Begini Kondisi Keluarga Bayi di Pekanbaru yang Hanya Bertahan 3 hari karena Kabut Asap

Begini Kondisi Keluarga Bayi di Pekanbaru yang Hanya Bertahan 3 hari karena Kabut Asap

19 September 2019
Efar Warisman (kiri) ayah bayi malang yang diduga korban terpapar kabut asap (foto: bar/riau1.com)

Efar Warisman (kiri) ayah bayi malang yang diduga korban terpapar kabut asap (foto: bar/riau1.com)

RIAU1.COM - Kabut asap yang melanda sejak beberapa pekan terakhir semakin pekat, hal ini membuat masyarakat resah. Ditambah lagi, beredar info di media sosial (medsos) adanya seorang bayi yang baru berusia 3 hari diduga meninggal akibat terpapar kabut asap.

Memastikan informasi tersebut, Riau1.com pun langsung mendatangi rumah duka di belakang gudang karton bekas, Jalan Lintas Timur, RT 002/RW 004, Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau, Kamis 19 September 2019.

Untuk bisa sampai di rumah duka, ternyata tidaklah mudah. Harus lebih dulu masuk ke area gudang karton bekas kemudian melewati sebuah lobang berukuran 50x150 sentimeter yang sengaja dibuat di salah satu sisi dinding gudang untuk akses jalan.

Setelah melewati lobang dinding seng, kita harus melewati jalan setapak kecil yang hanya bisa dilewati satu orang dewasa. Namun, cukup berbahaya untuk melewati jalan setapak tersebut, karena berada dipinggir jurang.

Tiba di belakang gudang, tampak beberapa petak rumah semi permanen terbuat dari material kayu berjejer di sebuah lereng dan salah satunya merupakan rumah pasangan Efar Warisman dan Lasmayani Zega, orangtua dari bayi malang yang diduga korban kabut asap.

Suasanya di rumah keluarga Efra Warisman yang berada di belakang gudang pengepul karton bekas

Efar menceritakan, putra pertamanya itu lahir Senin 16 September 2019 sore, sekitar pukul 16.50 WIB di sebuah klinik tidak jauh dari rumahnya, melalui persalinan normal dengan bantu seorang bidan.

"Waktu lahir, kondisinya normal, berat badan 2,8 kilogram, dan waktu lahir langsung menangis. Sempat menginap satu malam di klinik dan Selasa 17 September 2019 pagi pulang," kata Efar kepada Riau1.com, Kamis 19 September 2019.

Efar mengungkapkan, selama kehamilan putra pertamanya itu, memang selalu kontrol dan cek di bidan tersebut, sampai dengan melahirkan. "Saat pulang ibu dan anak dalam keadaan sehat, sehari itu masih normal, minum ASI, ya seperti bayi normal lainnya," ungkapnya.

"Rabu 18 September 2019 sore, mulai parah batuk dan sesak nafas. Saya lansgung telepon bidan ajak ke rumah untuk cek bayi, karena tiba-tiba badannya membiru. Saat cek suhu badan, demam tinggi sampai 41 derajat, kemudian bidannya anjurkan bawa ke RS Syafira, tapi belum sampai ke RS sudah meninggal," terangnya.

Suasana di rumah duka bayi berusia 3 hari yang meninggal diduga akibat kabut asap

Efar melanjutkan, sampai di RS Syafira langsung ditangani dokter. "Anak saya sempat diperiksa sampai 10 menit, tapi tetap tidak bisa tertolong. Dokternya kasih tau sakit anak saya karena virus kabut asap," sebutnya.

Sementara itu, salah seroang petugas dari Dinas Kesehatan (Diskes) Riau, kepada Riau1.com, belum bisa menyimpulkan penyebab meninggalnya bayi berusia 3 hari tersebut memang karena kabut asap.

"Belum bisa kita pastikan, kita akan cek dulu dan juga minta salinan surat keterangan kematian dari RS Syafira. Karena, orangtua bayi itu belum mengambil surat keterangan kematian ke rumah sakit," ujar pegawai Diskes Riau itu.