Indahnya Malam Pertama

Indahnya Malam Pertama

12 April 2021
Fajri Ahmad

Fajri Ahmad

RIAU1.COM -Sejak sebelum adzan Isya’, masyarakat telah berbondong-bondong ke datang ke Masjid. Seluruh shaf penuh, bahkan ruang utama masjid tidak muat. Jamaah melebar hingga ke teras. Bahkan tidak sedikit masjid yang menambah karpet dan mendirikan tenda di halamannya.

Jam sembilan malam. Masjid yang biasanya sepi kini terang benderang. Masyarakat mulai dari tua, muda dan anak-anak kecil, duduk bersama-sama di Masjid/Mushalla mendengarkan ceramah dari ustaz sambil memegang dan membaca Al-Qur’an. Suara ustaz yang memberikan ceramah terdengar hingga radius beberapa ratus meter.

Indahnya malam pertama, saat Ramadhan tiba. Perubahan besar-besaran tiba-tiba terjadi pada masyarakat kita. Mengubah wajah kota dan desa di Negeri ini.

Dini hari kukuak ayam jantan sepertinya terlambat selama bulan Ramadhan ini. Mereka kalah cepat dibandingkan tabuhan pembangun sahur remaja-remaja kampung. Sementara di balik dinding dapur, banyak ibu-ibu telah terbangun dan menyalakan kompornya. Jutaan orang terbangun di sepertiga malam terakhir, menikmati sahur bersama keluarga.

Saat fajar tiba. Pemandangan masjid juga berubah. Jauh berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya. Masjid yang tadinya sepi kini mendadak ramai. Meski jamaah tak sebanyak shalat tarawih, tapi cukup untuk memenuhi seluruh shaf yang ada. Ini luar biasa!

Indahnya malam pertama, indahnya hari pertama. Saat Ramadhan tiba. Perubahan besar-besaran tiba-tiba terjadi. Mengubah wajah kota dan desa di Negeri kita ini. Sungguh indah jika keindahan ini bertahan. Setidaknya, sebulan penuh selama Ramadhan. Namun, tahun-tahun sebelumnya tidak demikian. Keindahan malam pertama Ramadhan juga terjadi, namun setelah hari berganti hari, sepekan Ramadhan berlalu, keindahan itu jangnlah sampai pudar.

Pada sebagian kecil masjid mungkin jamaahnya bertahan. Namun di banyak masjid lainnya, shafnya makin maju. Beberapa wajah yang pada malam pertama tampak Isya’ dan tarawih di Masjid mulai tak terlihat lagi. Takmir Masjid pun tak perlu memasang tenda lagi. Tak perlu menghamparkan karpet di halaman lagi. Teras pun kosong.

Bagaimana dengan Subuh? Tahun-tahun lalu, penyusutan jamaahnya lebih cepat dibandingkan Tarawih. Bukankah orang-orang tetap bangun sahur? Ya, mungkin setelah makan sahur lebih memilih tidur dari pada pergi ke masjid.

Itu fenomena tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, keindahan malam pertama dan hari pertama Ramadhan bisa bertahan jika setiap kita juga bertahan. Istiqamah, jika setiap malam kita shalat Isya’ berjamaah di masjid, alangkah indahnya. Jika setiap kita bertahan shalat Subuh berjamaah di masjid, alangkah indahnya.

Loading...

Kita tak bisa menyalahkan orang lain. Tapi kita bisa memulainya dari diri sendiri. Agaknya akan sangat luar biasa, jika setiap kita membawa semangat mujahid ke dalam ibadah Ramadhan dan bulan-bulan setelahnya:

Jika ada 1000 orang yang shalat berjamaah, salah satunya adalah aku

Jika ada 100 orang yang shalat berjamaah, salah satunya adalah aku

Jika ada 10 orang yang shalat berjamaah, salah satunya adalah aku

Cukup. Jangan diteruskan jika ada 1 orang yang shalat berjamaah, karena 1 orang tidak bisa shalat berjama’ah. Semoga Allah mengistiqamahkan kita di jalan-Nya.

 

Penulis, Fajri Ahmad Dosen FUAD IAIN Bukittinggi