Gantikan Erick Tohir, Raja Sapta Oktohari Resmi Terpilih Jadi Ketua Umum KOI

Gantikan Erick Tohir, Raja Sapta Oktohari Resmi Terpilih Jadi Ketua Umum KOI

9 Oktober 2019
Raja Sapta Oktohari mencium Bendera Merah Putih dengan rasa  haru.

Raja Sapta Oktohari mencium Bendera Merah Putih dengan rasa haru.

RIAU1.COM - Akhirnya,  Raja Sapta Oktohari resmi menggantikan posisi Erick Thohir sebagai Ketua Umum KOI.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Sports Sepeda Indonesia (PB ISSI), Raja Sapta Oktohari, resmi menjabat sebagai Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) periode 2019-2023 usai terpilih secara aklamasi pada Kongres KOI di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (9/10).
 
Okto menjadi Ketua KOI baru menggantikan Erick Thohir. Ia menggandeng Warih Sandono, Ketua Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta yang juga mantan Ketua Umum Lembaga Karate-do Indonesia (Lemkari) Kalimantan Barat sebagai wakilnya.
 

Kehadiran Warih diharapkan bisa membantu membentengi KOI dari masalah-masalah hukum terkait penggunaan anggaran negara.

Di bawah kepemimpinannya di KOI, Okto tidak ingin ada lagi stakeholder olahraga ke depannya yang tersangkut masalah hukum seperti yang terjadi belakangan.


"Pak Warih menjaga supaya kami jangan bikin salah. Di dewa etik KOI, Pak Erick usul nama-nama familiar dari KPK dan BPK. Jadi mudah-mudahan formasi solid ini didukung dengan kinerja cabang olahraga supaya menghasilkan prestasi olahraga yang gemilang," kata Okto usai terpilih.

Di kepengurusan sebelumnya, Sekjen dan Bendahara KOI, Dodi Iswandi serta Anjas Rivai menjadi terdakwa kasus dana sosialisasi Asian Games pada 2017 lalu. Keduanya resmi ditahan usai divonis hukuman empat tahun penjara dan denda Rp300 juta subsider 3 bulan.

"Kami di olahraga itu punya beberapa pengalaman kurang baik. Ada yang ditahan, baik yang salah keuangan atau administrasi. Saya selalu bilang, kami sudah habis waktu, habis dana juga jangan sampai semua sudah ujung-ujungnya diperiksa dan tidak lolos secara administrasi," ujar Okto.
 

Bagi Okto, menjadi Ketua KOI bukan tanggung jawab yang mudah untuk dijalani. Banyak pekerjaan rumah yang menunggu, utamanya SEA Games 2019 di Manila, Filipina.

Terlebih, anggaran untuk keberangkatan kontingen ke SEA Games disebut Okto masih harus menunggu proses transisi di pemerintahan setelah pelantikan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober mendatang.
 


"PR besar lainnya yakni Olimpiade Tokyo 2020. Selain untuk mengejar prestasi medali emas sebanyak mungkin, kami juga berjuang untuk merebut hati anggota IOC [Komite Olahraga Internasional] untuk memberikan suaranya kepada Indonesia di pencalonan Olimpiade 2032. Karena keputusannya ada di Olimpiade 2024," Okto menjelaskan.

Okto yang merupakan pengusaha juga dikenal sebagai seorang promotor tinju sejak 2011. Kemudian ia terpilih sebagai Ketua PB ISSI sejak 2015.
 

Pada 2016, Okto dipilih menjadi Chief de Mission (CdM) Kontingen Indonesia untuk Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.

Loading...

Kala itu, Indonesia berhasil mengembalikan tradisi emas Olimpiade yang sempat hilang di 2012 lewat cabang olahraga bulutangkis nomor ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

 

Dua tahun menjabat sebagai Ketua PB ISSI, Okto mengepakkan sayapnya ke ranah internasional. Ia menjadi Wakil Presiden Konfederasi balap sepeda Asia (ACC) (sejak 2017).


Kemudian ia juga dipercaya menempati jabatan Ketua Panitia Pelaksana Asian Para Games 2018 (INAPGOC).

Meski hanya menargetkan berada di peringkat delapan dengan minimal 16 medali emas, Indonesia berada di posisi kelima dengan 37 emas, 47 perak, dan 51 perunggu di Asian Para Games 2018. 

R1 Hee.