Kaya Prestasi di Barcelona, Penyerang Legendaris asal Kamerun Samuel Eto’o Pensiun di Usia 38 Tahun

Kaya Prestasi di Barcelona, Penyerang Legendaris asal Kamerun Samuel Eto’o Pensiun di Usia 38 Tahun

8 September 2019
Pesepak bola legendaris Kamerun, Samuel Eto'o. Foto: AFP.

Pesepak bola legendaris Kamerun, Samuel Eto'o. Foto: AFP.

RIAU1.COM -Penyerang legendaris asal Kamerun, Samuel Eto’o, resmi pensiun sebagai pesepak bola. Eto’o menyampaikan keputusannya tersebut lewat sebuah unggahan di Instagram.

Dilansir dari Kumparan.com, Minggu (8/9/2019), di unggahan tersebut, Eto’o tidak berkata banyak. Secara singkat, Eto’o menyatakan bahwa kiprahnya di lapangan hijau sudah usai, dan ia siap memulai karier yang baru.

“Selesai. Saatnya memulai tantangan baru. Terima kasih atas semua rasa cinta kalian semua,” demikian tulis Eto’o di Instagram pribadinya.

Eto’o tentu meninggalkan sepak bola dengan kepala tegak. Di usianya kini yang sudah menginjak 38 tahun, namanya akan terus terkenang, utamanya bagi sepak bola Kamerun.

Ya, Eto’o beberapa kali membawa negaranya berjaya. Ia terlibat dalam kemenangan Kamerun di Piala Afrika 2000 dan 2002. Eto’o juga berhasil merebut medali emas Olimpiade 2000 di Sydney, Australia.

Prestasinya di level klub tak kalah mentereng dari pencapaiannya di tim nasional. Eto’o mengawali karier profesionalnya bersama salah satu klub terbaik di dunia, Real Madrid, pada 1997.

Sayangnya, Madrid tak memberikannya banyak kesempatan. Alhasil, di tahun 2000, Eto’o pindah secara permanen ke Real Mallorca.

Eto’o bersinar di sana. Pada 2003, Eto’o berhasil memberikan trofi Copa del Rey bagi Mallorca. Di partai final melawan Recreativo Huelva, penyerang yang lahir di Douala, Kamerun itu berhasil mencetak dua dari total tiga gol Mallorca.

Loading...

Di awal 2004/2005, Eto’o pindah ke Barcelona. Kiprahnya di klub Catalunya itu bergelimang trofi. Tercatat, bersama Barcelona, Eto’o sukses memenangi tiga trofi La Liga, satu Copa del Rey, dan dua Liga Champions.

2008/2009 jadi momen terbaik Eto’o. Kal itu ia berhasil mencetak 30 gol dari total 36 laga. Di musim itu juga, ia berkontribusi terhadap kesuksesan Barcelona meraih treble. Namun, torehan itu tak membuat Blaugrana puas terhadap kinerjanya.

Eto'o kemudian menjadi alat tukar untuk mendatangkan Zlatan Ibrahimovic dari Inter Milan. Tak butuh waktu lama bagi Eto’o untuk berpendar.

Di musim perdananya, ia langsung membawa Inter menciptakan sejarah: memenangi Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions. Raihan yang belum mampu disamai oleh klub Italia lainnya hingga detik ini.

Sayangnya, pencapaian Eto'o berhenti sampai di situ. Setelah edisi 2010/11 bergulir, ia gagal memenangi satu trofi pun. Bukan cuma dengan Inter, melainkan juga tujuh klub yang kemudian diperkuatnya: Anzhi Makachkala, Chelsea, Everton, Sampdoria, Antalyaspor, Konyaspor, dan Qatar SC.

Sementara soal titel individu, eksistensi Eto’o tak bisa dikesampingkan. Empat gelar Pemain Terbaik Afrika pernah diraihnya. Ia juga pernah masuk ke dalam Tim Terbaik FIFA pada 2005 dan 2006. Oh, iya, Eto’o juga tercatat sebagai topskorer sepanjang masa Timnas Kamerun dan Piala Afrika.