Tinggal di Perbatasan, Anak-Anak di Kalbar Lebih Memilih Sekolah Malaysia

Tinggal di Perbatasan, Anak-Anak di Kalbar Lebih Memilih Sekolah Malaysia

17 November 2019
Murid SD Inpres SP 1 di Kampung Woslay, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua. Foto: Dokumen Yonif 725/WRG.

Murid SD Inpres SP 1 di Kampung Woslay, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua. Foto: Dokumen Yonif 725/WRG.

RIAU1.COM -Sekolah Dasar Negeri 04 Merakai Panjang, daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, Kecamatan Puring Kencana wilayah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, sempat kekurangan siswa. Karena, rata-rata anak di daerah tersebut lebih memilih sekolah ke Negara Malaysia.

"Tahun ini kami tidak mendapatkan siswa baru, karena para orang tua dan anak-anak lebih memilih sekolah di negara tetangga Malaysia," kata Kepala SDN 04 Merakai Panjang, Lambertus Ngenget dikutip dari Antara, Minggu (17/11/2019).

Jumlah murid SDN 04 Merakai Panjang saat ini hanya sekitar 12 siswa. Bahkan, dari tahun ke tahun ada saja siswa keluar sekolah dan memilih melanjutkan sekolahnya di Malaysia.

Sebagai pihak sekolah hanya bisa memberikan pemahaman kepada para orang tua mau pun muridnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi penghalang orangtua untuk menyekolahkan anaknya ke Malaysia.

"Tentu sarana dan prasarana menjadi faktor penyebab orang tua menyekolahkan anaknya ke Malaysia, kami tidak bisa berbuat banyak. Karena, memang kondisi SD Merakai Panjang itu banyak yang rusak," jelas Lambertus.

Dengan adanya program pengabdian tanpa batas tentara di perbatasan (Petasan) sangat membantu. Karena memang melalui program tersebut SDN 04 Merakai Panjang dilakukan perehaban.

"Semoga saja dengan adanya Petasan itu dapat memberikan motivasi kepada kami sebagai guru dan masyarakat untuk mencerdaskan anak bangsa di perbatasan," harap Lambertus.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kapuas Hulu, Petrus Kusnadi juga membenarkan bahwa rata-rata para orangtua masyarakat perbatasan menyekolahkan anak-anaknya ke Negara Malaysia.

Persoalan itu dilema berat, pertimbangan para orangtua di perbatasan itu berbagai faktor, pertimbangan politik dan sosiologis.

"Saya rasa ini PR bagi pemerintah Indonesia, bagaimana memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan khususnya di daerah perbatasan," ujar Petrus.

Pertimbangan politisnya, anak-anak perbatasan juga kebanyakan lahir di Malaysia yang memiliki jaminan pendidikan dan pekerjaan.

"Jadi di Malaysia sangat jelas dan terjamin bagi pelajar setelah tamat sekolah bisa langsung dijamin pekerjaan. Saya rasa itu salah satu juga pertimbangan orangtua murid," katanya.

Menurut Petrus, kondisi pendidikan di perbatasan juga sudah sering disampaikan ke pemerintah pusat, karena harus kita akui bahwa kualitas pendidikan di Malaysia cukup baik, karena di dukung fasilitas yang memadai.

"Semoga kondisi tersebut menjadi perhatian serius pemerintah pusat, karena Dinas Pendidikan Kapuas Hulu tidak bisa berjalan sendiri dalam mengatasi persoalan tersebut," pinta Petrus.