Syafruddin dan Assat, Dua Mantan Presiden RI Yang Tak Pernah Tercatat Dalam Sejarah

Syafruddin dan Assat, Dua Mantan Presiden RI Yang Tak Pernah Tercatat Dalam Sejarah

25 Agustus 2019
Sjafruddin Prawiranegara (Foto: Istimewa/Internet)

Sjafruddin Prawiranegara (Foto: Istimewa/Internet)

RIAU1.COM - Selain Soekarno, Soeharto, BJ. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, ternyata Indonesia juga memiliki presiden yang tak pernah tercatat dalam sejarah.


Dikutip dari okezon.com, Minggu, 25 Agustus 2019, mereka adalah Syafruddin Prawiranegara dan Assat, dua nama yang pernah juga memimpin negeri ini.

Dua tokoh tersebut memiliki peran besar dalam upaya mempertahankan dan menyelamatkan negara dalam keadaan bahaya lantaran kekosongan kepala pemerintahaan.

Untuk Sjafruddin Prawiranegara, sebagai orang terdekat Soekarno, dia mendapat mandat untuk melanjutkan pemerintahan selama Soekarno-Hatta ditawan oleh Belanda.

Akibat ditangkapnya sejumlah tokoh-tokoh penting itu, keadaan negara tidak berjalan normal. Maka untuk mengisi kekosongan pemerintahan, Sjafruddin mengusulkan dibentuknya pemerintahan darurat.

Sjafruddin mendapat mandat melalui telegram yang berbunyi, "Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika dalam keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra," tulis Soekarno.

Sayangnya, pesan tersebut tidak sampai ke tangan Sjafruddin. Pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara ternyata memiliki inisiatif yang sejalan dengan Presiden Soekarno. Dari situlah terbentuk sebuah pemerintahan darurat yang dipimpin langsung oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Pada 22 Desember 2948 di Payakumbuh disetujui oleh Gubernur Sumatera Mr.T.M.Hasan, PDRI diproklamirkan dan Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim.

Dia dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang.

Sementara Assat yang juga tidak pernah tercatat dalam sejarah Presiden RI dikenal sebagai pemimpin yang cerdas. Soekarno memberikan kepercayaan kepadanya untuk memimpun Republik Indonesia (RI) yang hanya berlangsung 9 bulan, seiring dengan berakhirnya masa jajahan Belanda, Republik Indonesia Serikat (RIS) dan RI yang keduanya dilebur menjadi satu menjadi NKRI pada 15 Agustus 1950.



RIS merupakan hasil dari Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda, 27 Desember 1949. Dalam perjanjian tersebut, diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan kepada RIS yang terdiri atas 16 negara bagaian, dan salah satunya adalah Republik Indonesia (RI). Tujuannya untuk memecah belah bangsa.