Mengenal Ratulangi, Pahlawan Yang Kini Diabadikan Sebagai Nama Jalan Di Pekanbaru

Mengenal Ratulangi, Pahlawan Yang Kini Diabadikan Sebagai Nama Jalan Di Pekanbaru

18 Agustus 2019
Jalan Dr. Sam Ratulangi melalui Street View Google (Foto: Screen shoot)

Jalan Dr. Sam Ratulangi melalui Street View Google (Foto: Screen shoot)

RIAU1.COM - Tak ada yang tak mengenal Jalan Dr. Sam Ratulangi yang berada di Sago, Senapelan pusat Kota Pekanbaru. Letaknya yang strategis membuat masyarakat dan wisatawan betah hilir mudik mencari jajanan pasar tradisional maupun modern.


Namun tahukah kalau pria yang bernama lengkap Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi itu adalah pahlawan dari tanah Sulawesi ?. Sam Ratulangi lahir di Tondano, Sulawesi Utara, pada 5 November 1890. Dikutip dari cnnindonesia.com, Minggu, 18 Agustus 2019 bahwa pahlawan dari Tanah Minahasa ini dikenal sebagai pembaca ulang proklamasi di hadapan warganya.

Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI, Sam Ratulangi membawa kabar kemerdekaan ke Sulawesi dua hari setelah Indonesia merdeka. Ia membacakan kembali bunyi naskah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 di hadapan pemuka-pemuka rakyat Sulawesi.

Walaupun telah membacakan naskah kemerdekaan, perjuangan Ratulangi baru dimulai. Ia dihimpit serangan tentara Jepang yang baru kalah dan datangnya serangan pasukan Sekutu. Bahkan Sekutu saat itu sempat mengancam akan menindak rakyat Sulawesi yang melawan mereka.

Sam Ratulangi pun menempuh jalur diplomasi. Dia bersama 549 pemuka Sulawesi menandatangani Petisi Ratulangi dan mengirimnya ke PBB. Petisi itu menyatakan ke dunia internasional bahwa Sulawesi adalah bagian yang tak terpisahkan dari Indonesia.

Loading...

Belanda pun menangkap Sam pada 5 April 1956 dan enam orang koleganya dijebloskan ke penjara Makassar lalu dibuang ke Serui, Papua. Usai Perjanjian Renville pada 1948, Sam Ratulangi dikembalikan ke Indonesia lalu bertolak ke Ibu Kota Indonesia yang saat itu masih Yogyakarta.

Tak berapa lama, ia kembali ditahan usai Agresi Militer II pada 18 Desember 1948. Sebulan setelahnya, ia dikirim ke Jakarta untuk diasingkan ke Bangka. Namun dia meninggal pada 30 Juni 1949. Sam Ratulangi dimakamkan di kampung halamannya, Tondano.