Hebat! Pegawai TPA di Tanjungpinang Olah Sampah Jadi Solar dan Bensin

Hebat! Pegawai TPA di Tanjungpinang Olah Sampah Jadi Solar dan Bensin

14 Juni 2019
Staf UPTD-TPA Ganet Tanjungpinang menunjukkan solar dan bensin hasil mengolah sampah plastik. Foto: Antara.

Staf UPTD-TPA Ganet Tanjungpinang menunjukkan solar dan bensin hasil mengolah sampah plastik. Foto: Antara.

RIAU1.COM -Unit Pelayanan Teknis Daerah Tempat Pembuangan Akhir (UPTD-TPA) Jalan Ganet di Tanjungpinang Timur, Kepulauan Riau, berhasil mengolah sebagian sampah menjadi bahan bakar setara bensin dan solar dalam satu tahun terakhir. Proses pengolahan sampah menjadi bahan bakar dilakukan menggunakan teknologi pirolisis.

"Mekanisme pirolisis meliputi proses degradasi termal yang dilakukan dengan cara memanaskan plastik pada tekanan dan temperatur tertentu yang membuat plastik mencair dan berubah menjadi gas. Sehingga rantai panjang hidrokarbon terpotong menjadi rantai pendek," kata Staf UPTD-TPA Jalan Ganet, Suhardi, dikutip dari Antara, Jumat (14/6/2019).

Proses itu akan dilanjutkan dengan pendinginan yang membuat gas terkondensasi menjadi cairan yang nantinya akan menjadi bahan bakar minyak berupa solar atau bensin. Gas metan dihasilkan dari tumpukan sampah lalu menghasilkan uap.

"Uap itulah yang kemudian menjadi solar dan bensin," kata Suhardi.

Sampah yang diolah menjadi bahan bakar adalah sampah plastik bening, termasuk plastik bekas pembungkus baju. Sebelum dimasak, sampah-sampah plastik itu terlebih dulu dibersihkan menggunakan air lalu dijemur sampai kering.

Sampah plastik yang sudah bersih dan kering kemudian akan dimasukkan ke dalam tabung besi untuk diproses.

"Lima kilogram sampah akan menghasilkan 2,5 liter bensin dan 1,5 liter solar. Proses memasaknya sekitar tiga jam," kata Suhardi.

Bahan bakar yang dihasilkan dengan mengolah sampah, menurut dia, digunakan untuk kendaraan bermotor, mesin kompos, dan genset yang ada di TPA Jalan Ganet.

"Sejauh ini hasilnya cukup bagus, tidak ada kendala," katanya.

UPTD TPA Ganet berencana mengajukan permohonan ke Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk meningkatkan kapasitas unit pengolahan sampah menjadi bahan bakar sampai 200 kilogram sekali proses. 

"Alatnya bisa didatangkan dari Jawa. Kalau saat ini, kami hanya menggunakan bahan-bahan bekas seadanya," katanya.

Suhardi mendapatkan ilmu mengolah sampah menjadi solar dan bensin saat mengikuti pelatihan yang diselenggarakan pemerintah di Bekasi, Jawa Barat, empat tahun lalu.

"Setahun setelah pindah ke sini langsung saya terapkan. Alhamdulillah berhasil," tuturnya.

Selain menghasilkan solar dan bensin untuk mendukung operasi TPA, pengolahan sampah menjadi bakar mengurangi beban sampah di TPA Ganet yang dalam sehari bisa menerima sekitar 80 ton sampah.