Pemimpin Oposisi Malaysia Sebut Gempa dan Tsunami di Indonesia Hukuman Allah SWT untuk Kaum LGBT

Pemimpin Oposisi Malaysia Sebut Gempa dan Tsunami di Indonesia Hukuman Allah SWT untuk Kaum LGBT

24 Oktober 2018
Pemimpin Oposisi Malaysia Ahmad Zahid Hamidi.

Pemimpin Oposisi Malaysia Ahmad Zahid Hamidi.

RIAU1.COM - Pernyataannya cukup mengejutkan. Pemimpin oposisi Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, mengklaim bahwa gempa bumi dan tsunami baru-baru ini di Palu, Indonesia, adalah hukuman Tuhan atas kegiatan LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender).


Seperti dikutip Riau1.com dari sindonews.com, Rabu 24 Oktober 2018, Menurutnya, lebih dari 1.000 orang di wilayah yang dilanda bencana itu terlibat dalam kegiatan LGBT.

"Kami melihat situasi di Malaysia, kami khawatir karena kami tahu apa yang terjadi di Palu baru-baru ini di mana ada gempa bumi dan tsunami. Dilaporkan bahwa ada lebih dari 1.000 anggota komunitas mereka yang terlibat dalam kegiatan (LGBT) tersebut," katanya, yang dikutip Malaymail.

“Akibatnya seluruh daerah hancur. Ini adalah hukuman Allah," ujar Zahid yang merupakan mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia era pemerintahan Najib Razak. 

"Pertanyaan saya adalah apakah program Jakim (untuk merehabilitasi LGBT) berhasil karena data menunjukkan bahwa di pertengahan tahun lebih dari 1.000 (kaum LGBT) bergabung dengan program-program ini," lanjut dia. 

Jakim adalah akronim dari Jabatan Kemajuan Islam, sebuah lembaga yang menangani urusan Islam di di negara tersebut.

"Kami perlu memastikan bahwa Malaysia dan mereka yang menentang LGBT akan terhindar dari hukuman Allah," imbuh Ahmad Zahid di forum Dewan Rakyat, Selasa 23 Oktober 2018. 

Merspons pertanyaan pemimpin oposisi itu, Menteri Urusan Agama di Departemen Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Mujahid Yusof Rawa mengatakan 1.450 anggota komunitas LGBT Malaysia secara sukarela berpartisipasi dalam program pemerintah. Menurutnya, beberapa dari mereka kembali ke "jalan Islam".

“Tiga dari waria melakukan umrah dari 2012 hingga 2016. Para peserta menjawab bahwa mereka merasa lebih bersentuhan dengan dasar-dasar Islam termasuk salat sambil mengoreksi kesalahpahaman mereka tentang agama,” kata Mujahid.

R1/Hee