Elizabeth, Bangsawan Yang Menyandang Gelar Wanita Terkejam Di Dunia

Elizabeth, Bangsawan Yang Menyandang Gelar Wanita Terkejam Di Dunia

16 Oktober 2019
Elizabeth Bathory de Ecsed (Foto: Istimewa/internet)

Elizabeth Bathory de Ecsed (Foto: Istimewa/internet)

RIAU1.COM - Elizabeth Bathory de Ecsed seorang bangsawan dari Kerajaan Hungaria merupakan salah satu wanita yang masuk dalam Guinness Book of Records sebagai perempuan pembunuh dengan korban terbanyak.


Bahkan Elizabeth dinobatkan menjadi satu-satunya wanita terkejam sepanjang sejarah peradaban manusia dikutip dari nationalgeographic.grid.id, Rabu, 16 Oktober 2019. Hanya membutuhkan waktu 25 tahun saja, dia telah menyiksa dan membunuh 612 gadis perawan dan muda.

Aksi biadabnya ini dimulai sejak
Suaminya Ferenc Nadasdy, putra bangsawan Eropa mati di usia 51 tahun. Setelah kematiannya, mulai muncul desas-desus di mana Elizabeth melakukan pembunuhan berantai.

Ditinggal suami membuatnya takut kehilangan kecantikan karena penuaan. Hingga suatu hari, seorang pelayan yang sedang menyisir rambut Elizabeth tidak sengaja menarik rambutnya.

Elizabeth menampar pelayan itu dengan keras hingga berdarah. Melihat darah pelayan tersebut mengenai tangannya, ia segera berpikir bahwa darah tersebut akan memberinya kesegaran dan awet muda.

Pembantaian itu pun dimulai. Awalnya Elizabeth membunuh pelayan-pelayan di kastilnya, kemudian putri-putri petani setempat. Bahkan beberapa gadis dikirim ke kastelnya dengan dalih untuk belajar etika dan sopan santun.

Dia juga membuat lowongan kerja fiktif bagi gadis-gadis desa agar mau datang ke kastelnya. Serta merekrut anggota baru untuk memuluskan aksi kejinya. Setelah berhasil memancing korbannya, Elizabeth akan menyiksa mereka sampai mati. Cara yang dilakukannya pun sangat beragam.

Biasanya korban akan digigit, dipukul, dibakar, dimutilasi, hingga membiarkannya kelaparan sampai mati.

Darah dari para korbannya dikumpulkan untuk pemandiannya. Elizabeth hanya akan memilih darah wanita muda yang masih perawan. Ia berkeyakinan dengan mandi darah seorang gadis perawan, maka penuaan tidak akan terjadi pada dirinya.

Agar tidak terlihat mencurigakan, Elizabeth memakamkan para korban dengan prosesi pemakaman dengan pendekatan agama. Namun tidak bertahan lama karena pendeta menolak untuk melakukan tugasnya karena gadis-gadis yang meninggal tidak diketahui penyebab kematiannya.

Kekejamannya berakhir setelah salah satu korban melarikan diri dan menceritakannya kepada pihak berwenang tentang apa yang terjadi di kastel tersebut.

Pada 30 Desember 1610, petugas mendatangi kastil dan melihat pemandangan yang mengerikan dari aksi kekejamannya. Aksinya kejinya berakhir setelah orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan ini dipenggal dan dikremasi.

Karena menyandang status bangsawan, Elizabeth tidak diizinkan oleh hukum untuk dieksekusi. Pengadilan tidak pernah menghukum Elizabeth atas kejahatan apa pun, namun ia ditahan selamanya dalam kastelnya.

Elizabeth dibiarkan dalam sebuah kamar tanpa jendela dan hanya mendapat celah kecil sebagai tempat untuk memberi makanan. Dan akhirnya pada tahun 1614 Elizabeth mati dalam usia 54 tahun.