Berani Ungkap Pembantaian Muslim Rohingya, Wartawan Reuters Raih Penghargaan Pulitzer

Berani Ungkap Pembantaian Muslim Rohingya, Wartawan Reuters Raih Penghargaan Pulitzer

16 April 2019
Wartawan Reuters yang ditahan, Kyaw Soe Oo dan Wa Lone dikawal Polisi Myanmar saat sidang Pengadilan.

Wartawan Reuters yang ditahan, Kyaw Soe Oo dan Wa Lone dikawal Polisi Myanmar saat sidang Pengadilan.

RIAU1.COM - Wartawan Reuters ini cukup berani dan perlu dicontoh oleh jurnalis lainnya. 

Reuters memenangkan dua penghargaan Pulitzer pada hari Senin (15/4/2019), atas pengungkapan pembantaian 10 warga Muslim Rohingya oleh penduduk desa Budha dan pasukan keamanan Myanmar, serta atas foto-foto migran Amerika Tengah yang mencari suaka di AS.

Penghargaan ini merupakan tahun kedua berturut-turut Reuters memenangkan dua Pulitzer sekaligus, yang merupakan penghargaan paling bergengsi dalam jurnalisme di AS. Sejak 2008, Reuters telah memenangkan tujuh penghargaan serupa.

Dua penerima penghargaan tahun ini telah dipenjara selama 490 hari di Myanmar karena peran mereka dalam mengungkap pembantaian tersebut.

 

"Terlepas dari penghargaan karena pekerjaan itu, perhatia publik harus lebih difokuskan pada objek dari laporan tersebut daripada pada kita, dalam hal ini, para migran Rohingya dan Amerika Tengah," ungkap Pemimpin Redaksi Reuters Stephen J. Adler, seperti dikutip Reuters.

Dalam kategori lain, liputan penembakan massal di AS dan investigasi terhadap Presiden AS Donald Trump tampil menonjol.

New York Times dan Washington Post juga masing-masing memenangkan dua penghargaan Pulitzer.

Reuters dan Associated Press keduanya dianugerahi penghargaan atas pemberitaan internasional, dengan AP memenangkan penghargaan atas liputan kekejaman perang di Yaman.

Penghargaan yang diterima Reuters adalah untuk laporan investigasi yang mengungkap pembantaian 10 warga Rohingya di desa Inn Din, di jantung zona konflik negara bagian Rakhine di Myanmar.

Dua wartawan muda Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, yang juga warga Myanmar, menemukan kuburan massal yang penuh dengan tulang belulang.

Mereka kemudian mengumpulkan kesaksian dari para pelaku, saksi dan keluarga korban.

Mereka memperoleh tiga foto mencengangkan dari penduduk desa, dua di antaranya menunjukkan 10 warga Rohingnya diikat dan berlutut; sedangkan foto ketiga menunjukkan mayat-mayat 10 pria yang sama yang telah dimutilasi di kuburan dangkal yang ditemukan tersebut.

Pada bulan Desember 2017, sebelum Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dapat menyelesaikan kisah mereka, mereka ditangkap oleh kepolisian Myanmar.

Penangkapan tersebut kemudian dikritik oleh para pengamat internasional sebagai upaya pihak berwenang untuk menghalangi laporan tersebut.

Laporan investigasi berjudul "Pembantaian di Myanmar" itu diselesaikan oleh rekannya Simon Lewis dan Antoni Slodkowski dan diterbitkan pada bulan Februari tahun lalu, seperti dilansir bisnis.com, Selasa, 16 April 2019.

Loading...

Pada bulan September, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara karena melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi negara tersebut.

"Saya senang bahwa Wa Lone dan Kyaw Soe Oo dan rekan-rekan mereka telah diakui untuk liputan mereka yang luar biasa, berani, dan untuk foto yang menunjukkan umat manusia menentang rintangan besar," kata Adler.

"Namun, saya masih sangat tertekan, bahwa reporter pemberani kami Wa Lone dan Kyaw Soe Oo masih di balik jeruji besi," lanjutnya.

Dalam kategori fotografi berita terkini, 11 fotografer Reuters menyumbangkan gambar dengan tajuk ‘Perjalanan Migran ke Amerika’, yang menunjukkan pencari suaka dan migran lain dari Amerika Tengah di perbatasan AS.

Satu foto dari Kim Kyung-Hoon menunjukkan para migran melarikan diri dari gas air mata yang diluncurkan oleh keamanan AS ke Meksiko di perbatasan San Diego-Tijuana.

Dalam foto lain lain, Mike Blake adalah orang pertama yang memotret fasilitas penahanan di Tornillo, Texas, tempat anak-anak berjalan dalam satu barisan seperti tahanan.

Goran Tomasevic menangkap sebuah gambar di San Pedro Sula, Honduras, sebuah kota dengan salah satu tingkat pembunuhan tertinggi di dunia, tentang seekor ayam jago yang menggaruk tanah di samping tubuh seorang anggota geng Barrio 18 yang dibunuh.

Tomasevic adalah finalis sebelumnya untuk foto-fotonya tentang perang di Suriah.

 

Sementara itu, The New York Times memenangkan penghargaan untuk laporan khusus mengenai keuangan Trump dan penghindaran pajak dan untuk editorial oleh Brent Staples.

Lorenzo Tugnoli dari Washington Post memenangkan penghargaan fotografi untuk foto kelaparan di Yaman.

Adapun Wall Street Journal memenangkan penghargaan pemberitaan nasional karena mengungkap pembayaran rahasia Trump kepada dua wanita selama kampanyenya yang mengklaim telah berselingkuh dengannya.

R1/Hee