Rupiah Semakin 'Terperosok' Pada Akhir Perdagangan Hari Ini

Rupiah Semakin 'Terperosok' Pada Akhir Perdagangan Hari Ini

12 November 2018
Ilustrasi

Ilustrasi

RIAU1.COM - Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan padar spot Senin (12/11/2018) kembali terperosok. Sore ini, Rupiah berada di posisi Rp14.820 per Dollar AS, posisi ini melemah 142 poin atau 0,97 persen.

Dikutip dari CnnIndonesia.com, Senin (12/11/2018) di kawasan Asia, pelemahan Rupiah merupakan yang terdalam. Kemudian diikuti Rupee India minus 0,66 persen, Won Korea Selatan minus 0,5 persen, Peso Filipina minus 0,32 persen, dan Dollar Singapura minus 0,29 persen.



Selanjutnya Ringgit Malaysia melemah 0,22 persen, Baht Thailand minus 0,19 persen, Yen Jepang minus 0,16 persen, renminbi China minus 0,14 persen, dan Dollar Hong Kong minus 0,02 persen.

Hal serupa juga terjadi pada mata uang utama negara maju, mayoritas mata uang turut bersandar di zona merah. Poudsterling Inggris melemah 0,95 persen, Euro Eropa minus 0,67 persen, dolar Australia minus 0,42 persen, dan Franc Swiss minus 0,33 persen. Namun, Dollar Kanada dan Rubel Rusia bersandar di zona hijau, dengan menguat masing-masing 0,05 persen dan 0,72 persen.



Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pelemahan Rupiah hari ini dipengaruhi oleh banyak sentimen dari luar negeri.

"Sentimen tersebut datang dari politik anggaran pemerintah Italia, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britania Exit/Brexit), hingga sikap bank sentral AS, The Federal Reserve yang tetap agresif atau hawkish mengerek bunga acuan pada bulan depan" ujar Dini.

Tak ketinggalan, sentimen eksternal juga masih terasa dari The Fed. Meski bank sentral AS menahan tingkat bunga acuan untuk bulan ini pada akhir pekan lalu, namun pada bulan depan, para anggota komite tetap optimis dapat mengerek bunga acuan.

Lebih lanjut, pelemahan Rupiah menjadi yang terburuk di kawasan Asia karena dari dalam negeri, rilis data neraca transaksi berjalan kembali mencatatkan defisit. Bahkan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) membengkak menjadi US$8,8 miliar atau 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018 dari sebelumnya 3 persen dari PDB di kuartal II 2018.

"Jadi dari luar dan dalam ada katalis negatif untuk rupiah hari ini. Selama indeks dolar AS menguat, rupiah masih ada potensi melemah," imbuhnya.

Ke depan, Dini melihat pergerakan Rupiah berpotensi kembali ke posisi Rp15.000 per Dollar AS bila berbagai sentimen negatif tersebut terus menekan Rupiah. Tekanan akan tertahan bila ada upaya dari Bank Indonsia (BI) dan pemerintah untuk menahan laju pelemahan Rupiah.

Sumber: CnnIndonesia.com